Tiga Notes Merah Muda



Kejutan yang gue terima di akhir tahun, dari sebuah kegiatan yang sebelumnya gue tulis artikelnya.

Surat cinta bernada kata-kata manis, romantisme yang dibalur suasana alam.
Kira-kira begini isinya, gue ketik ulang persis dengan ejaan tulisannya kalau-kalau tulisan tangannya lebur oleh waktu.

“Senyummu bagaikan matahari, bersinar di pagi hari, burung berkicau bernyanyi dengan merdu. Keceriaanmu menyejukkan hatiku seperti selembut awan kapas, tetaplah menjadi pesona hati dalam sebuah perjalanan indah di alam ini.
Jujur, sebenarnya dari dulu aku menyukaimu tapi tidak berani untuk mengenalmu lebih dekat. Biarkan aku menjadi pengagum rahasiamu meski tidak bisa memilikimu.
Karena cinta tidak perlu dimiliki, tapi dirasakan dengan hati, meski Tuhan tidak berkehendak untuk bersatu.
Thx buat jatuh cinta kepada dirimu.
love peace”

Hanya ada satu fakta pada hal ini, gue cuman kenal satu orang itupun cewek di kegiatan ini, sisanya? gue sama sekali enggak kenal.
Jadi?
Yep, kesimpulannya adalah surat salah alamat. Sisi diri gue yang lain bahkan sempat mengomentari surat yang ditulis di 3 lembar sticky note berwarna merah muda ini.
1. 'selembut awan kapas' wadidaw tahukah kalau awan itu terdiri dari apa dan kapas itu apa?
2. 'dari dulu aku menyukaimu' di acara ini gue cuman kenal satu cewek, bukan elu kan sob?
3. 'tidak berani mengenalmu lebih dekat', ya gimana dia tahu elu suka dia maliihhh, berhentilah menyiksa diri dengan menjadi pengagum rahasia dan deklarasikan dirimu

tapi ditengah kata-kata kritis itu, ketika menerima surat ini gue tertawa ditengah kenangan. Membuat gue terlempar ke masa lalu, dimana puisi dan romantisme kata berbaur menjadi satu dalam asa dan cinta.
Sudah lama sekali, gue pun gak ingat kapan terakhir bercinta dengan untaian kata.
Impian untuk terus menulis bahkan tergerus oleh waktu, mengembangkan tulisan menjadi sebuah buku hanya angan belaka. Iya angan karena gue kehilangan komposisi tekad dan niat.
Semenjak mengetahui hal lain dan dihinggapi rasa malas, sekarang gue cuman seonggok selimut kumal yang dibuang sayang disimpan gak guna.

Setelah membaca surat cinta itu, gue pun mulai membongkar satu per satu, perlahan-lahan kenangan-kenangan bagaimana dulu begadang untuk menulis, menjadi anggota komunitas sana sini.
Terus menerus bergelayut, melucuti satu persatu kata hingga kadang hilang arah, hilang pegangan kemudian bersandar pada imaji.

Kala itu cinta adalah pegangan kuat, bagaimana rasanya disayangi, bagaimana rasanya dibuai kasih. Seiring pengalaman demi pengalaman, gue paham sebagian dari hal itu adalah semu dan gue terjebak cukup dalam.
Sialnya pas keluar dari area itu, gue berubah jadi skeptis kayak septic tank dikasih api. Meledak sewaktu-waktu.

Jadi, meski sebagian diri gue mengkritik dan tersenyum sinis. Meski ini adalah surat bernada romantis yang salah alamat, salah orang atau salah apapun itu.
Gue mau makasih banget sama siapapun elo.
Ini seperti membangkitkan kenangan mengenai siapa gue dulu, mengenai hal-hal yang selalu gue tekuni lalu tinggalkan.
Entah kenapa Tuhan seperti menyenggol gue sembari mengusap air mata mengatakan bahwa segalanya baik-baik aja.
Bahwa keceriaan yang terkadang sumbang itu ya tidak apa-apa, sudah terlanjur kuat oleh kehidupan dan mandiri tidak apa-apa.
Meskipun surat itu salah, terima kasih atas kekuatan kata-katanya.

Dan maaf karena gue mengambil hak orang lain yang seharusnya lebih berhak, sejenak gue nikmati dulu, jangan diambil lagi. Anggaplah elo lagi menghibur gue oke!
ya meski gue gak yakin juga elo baca blog gue sih, hehe..
tapi gue rasa, rasa terima kasih gue yang mendalam akan disampaikan Tuhan bagaimanapun caranya.

Tetaplah sehat-sehat dan semoga elo menemukan jodoh, kawan!
hingga saat itu tiba jangan jadi pengagum rahasia, lebih baik ditolak daripada tidak diutarakan kan?
:)

1 comment: