Dari Bubur Ase Bang Lopi sampai Pasar Kenari

Sore Kawan!
Panasnya Bekasi-Jakarta rasanya tidak menyurutkan semangat untuk berpetualang hari ini.

“Gimana kalau kita melipir ke Bubur Ase dulu?”

sebaris text muncul di layar, Eka begitu panggilan sayang gue ke dia, enggak ding emang itu nama dia.

“manut”

dijawab singkat penuh makna.

Mana mungkin gue menolak ajakan makan lebih-lebih temanya adalah dunia per-bubur-an. Soklah gaspol..

Diawali Stasiun Kranji dengan perut melapar gue dengan setia menunggu kereta yang akan membawa gue transit di Stasiun Manggarai sambung Stasiun Tanah Abang. Sebenernya kalau aja gue lebih teliti ngeliat alamat si Bubur Ase Babang Lopi ini gue bakal ngeh untuk turun aja di Stasiun Gondangdia lanjut ojek online.


Letak persisnya di Jl Kebon Kacang IX nih gaes, jadi semisal kalian datang dari arah Menteng nyebrang perempatan Sarinah ambil arah Tanah Abang belok di deretan Jl. Kebon Kacang yang udah tersohor akan kemacetan dan parkir asal nya.
Letaknya tepat diseberang jalan dan hampir semua penduduk local tahu mengenai Bubur Ase ini.

Terus apa istimewanya sih dibanding Bubur lain?
Terletak pada perpaduan kuah semur dan rasa asin. Jadi dalam bubur termashyur ini terkandung taoge, tahu semur beserta kuahnya, kacang tanah (jujur gue lebih demen kacang kedelai sebagai taburan dibanding kacang tanah), daun bawang, bawang goreng, sawi asin, emping dan kerupuk merah tanpa irisan ayam. Iya, mohon maap ini gue gak nemuin irisan ayam pantes namanya Bubur Ase bukan Bubur Ayam.

Rasanya?
Ada manis semur, asin sawi ditambah pedas sambal merah. Semua bercampur menciptakan rasa unik yang agak sulit gue gambarkan. Rasa yang ngebikin meledak lidah kalian yang nyobain.

Satu porsi Rp 15.000 ditemani teh tawar hangat sudah cukup maknyus. Ngomong-ngomong disini enggak disediain sate yaaa, jadi mari kita nikmati sembari nyeruput teh perlahan.

Setengah jam kami habiskan disini, berbincang sebentar lalu beranjak melanjutkan perjalanan hari ini.

Dari halte Sarinah kami menuju halte transit Harmoni untuk mengambil arah Halte Salemba UI. Yep, tujuan kita selanjutnya memang berdekatan dengan Universitas Indonesia FKG.

Dan disinilah gue dan Eka terdampar.
Wisata Buku Pasar Kenari, inget kan sama Kwitang dan Pasar Buku Terminal Senen yang ngampar-ngampar tak beraturan. Ah pasar buku senen itu mengingatkan gue sama buku puisi Babang Choirul Anwar yang membuat gue terpesona dengan diksi demi diksinya. Zaman gue masih duduk dengan rok abu-abu melekat sempurna dan akhirnya membeli buku itu dan buku Jogja dari sudut pandang penghuni Sarkem.
Bacaan SMA gue emang keliatan tsadest bener dah.

Nah kebanyakan mereka di relokasi ke lantai 3 Pasar Kenari ini, makanya pemerintah memberikan hashtag “Wisata Buku” agar lebih menarik pelanggan.
Di lantai satu dan lantai dua kita akan menemukan banyak abang-abang jualan kabel, spare part dan segala jenis yang enggak gue kenal.
dan tiba di lantai tiga, nih kayak diskriminasi terselubung dah. Cuman lantai ini doang yang pake AC busetdah..
lebih rapi, lebih atraktif interaktif dan akif lainnya.
Pemerintah seperti menyediakan oase bagi penggiat kutu buku di tengah kota begini.

Begitu kami memasuki lantai 3 ini, kami disambut hawa dingin AC. Awalnya gue pikir kami datang kepagian (waktu sudah menunjukkan pukul 11.30) karena banyak tenant yang belum buka, namun siapa sangka tenant disini belum sepadat space yang disediakan.
Terdapat beberapa ruang terbuka untuk membuka satu dua diskusi oleh komunitas atau buat kalian yang nongkrong dan cari suasana baru, 2 lokasi untuk memberikan seminar atau workshop, co-working buat kalian yang butuh ruang diskusi tertutup.
Gue pun udah menemukan toko buku langganan, karena doi menyediakan buku novel yang bikin fokus gue ambyar, pemilihan tema buku yang doi sediakan keren dan cukup update. Kalian pun bisa request buku untuk kemudian diambil, lalu ada tenant penyedia makanan, supermarket milik Pasar Kenari dan The Bencaloon, kedai kopi. Entah kenapa kopi dan buku rasanya perpaduan pas.

Nah sedikit banyak begini penggambaran ruang demi ruang :

Next karena gue pergi dengan hari peringatan Museum Nasional, maka gue pun mengajak Eka ke museum MH Thamrin yang terletak beberapa meter di belakang Pasar Kenari.
Khusus untuk Museum gue akan pisahkan dari artikel ini, so nantikan kelanjutannya gaes.