Semua orang memiliki hidupnya, dari yang biasa saja atau merasa dirinya tidak biasa.
Dari yang selalu mengantarkan kebahagiaan bagi orang lain atau kemuraman.
Dari yang berkata segalanya tidak baik-baik sampai pada orang dengan dunia positif.
Ada yang depresi,
Ada yang tidak menyukai kehidupan ini,
Ada yang membencinya,
Ada yang kesepian,
Ada yang merasa selalu sendiri,
Ada yang pura-pura bahagia.
Kamu bagian yang mana?
Aku bagian yang mana?
Kadang aku duduk termenung dibawah terik mentari sampai kepalaku terasa pusing.
Aku siapa?
Aku bertanya pada daun yang digoyang angin, bertanya pada semilir angin yang membelai lembut pipiku, bertanya pada mentari dengan cahaya yang menyilaukan.
Lalu aku berjalan dalam limbung, dalam keengganan yang luar biasa.
Aku bernafas dalam ketidaksadaran, aku berjalan dalam ketidaktahuan. Semuanya berjalan sama dan begitu saja. Lalu untuk apa aku ada dan datang?
Aku melihat segala nuansa kelam berada disekitarku, ketika mereka tertawa aku tertawa, ketika mereka bersimpati aku bersimpati. Mengikuti jejak yang ada tanpa berfikir kenapa aku harus melakukan hal tersebut.
Suara air mengalir dari lembut menjadi keras, berbunyi nyaring. Aku masih tertegun dengan kehidupanku. Ada apa, apakah memang begini rasanya hidup?
Rumahku ramai,
Temanku banyak,
Tawa mengelilingiku,
Hatiku yang sepi.
Ada yang kurang dariku, apa yang kurang. Aku bertanya pada bangku dirumah, pada meja dirumah. Mereka bergeming.
Apa alasanku untuk hidup, apakah hidup memerlukan alasan?
Aku menjalani hari dengan baik, berteman dengan akrab dan aku masih belum menemukan alasan untuk hidup.
Aku mencari jawaban, aku mengejar hal-hal lain, aku bertanya pada semua orang.
Apa alasan untuk hidup?
Banyak yang menjawab sedikit yang bilang tidak tahu. Mereka memiliki alasan untuk hidup dan aku tidak memilikinya.
Aku merenung kembali.
Aku mencari ke ujung bumi, mencari hingga titik terendah. Tidak kutemukan jawaban itu.
Aku putus asa.
Aku bersedih hati.
Aku mencari begitu keras sambil terus berfikir keras kenapa aku hidup?
Satu titik aku berhenti.
Aku menoleh ke belakang, aku menemukan diriku melewati banyak hal.
Kini aku menghadap ke belakang, kenangan yang aku rajut begitu banyak.
Aku membalik badan kembali melihat kehidupan kini.
Dan aku menemukan dirimu berdiri sembari menyapaku dengan "hai".
Aku tersenyum.
Ya, ada kamu disana.
Dengan hatiku untukmu.
Kini, bila ada yang bertanya untuk apa aku hidup.. itu adalah untukmu.
Dari yang selalu mengantarkan kebahagiaan bagi orang lain atau kemuraman.
Dari yang berkata segalanya tidak baik-baik sampai pada orang dengan dunia positif.
Ada yang depresi,
Ada yang tidak menyukai kehidupan ini,
Ada yang membencinya,
Ada yang kesepian,
Ada yang merasa selalu sendiri,
Ada yang pura-pura bahagia.
Kamu bagian yang mana?
Aku bagian yang mana?
Kadang aku duduk termenung dibawah terik mentari sampai kepalaku terasa pusing.
Aku siapa?
Aku bertanya pada daun yang digoyang angin, bertanya pada semilir angin yang membelai lembut pipiku, bertanya pada mentari dengan cahaya yang menyilaukan.
Lalu aku berjalan dalam limbung, dalam keengganan yang luar biasa.
Aku bernafas dalam ketidaksadaran, aku berjalan dalam ketidaktahuan. Semuanya berjalan sama dan begitu saja. Lalu untuk apa aku ada dan datang?
Aku melihat segala nuansa kelam berada disekitarku, ketika mereka tertawa aku tertawa, ketika mereka bersimpati aku bersimpati. Mengikuti jejak yang ada tanpa berfikir kenapa aku harus melakukan hal tersebut.
Suara air mengalir dari lembut menjadi keras, berbunyi nyaring. Aku masih tertegun dengan kehidupanku. Ada apa, apakah memang begini rasanya hidup?
Rumahku ramai,
Temanku banyak,
Tawa mengelilingiku,
Hatiku yang sepi.
Ada yang kurang dariku, apa yang kurang. Aku bertanya pada bangku dirumah, pada meja dirumah. Mereka bergeming.
Apa alasanku untuk hidup, apakah hidup memerlukan alasan?
Aku menjalani hari dengan baik, berteman dengan akrab dan aku masih belum menemukan alasan untuk hidup.
Aku mencari jawaban, aku mengejar hal-hal lain, aku bertanya pada semua orang.
Apa alasan untuk hidup?
Banyak yang menjawab sedikit yang bilang tidak tahu. Mereka memiliki alasan untuk hidup dan aku tidak memilikinya.
Aku merenung kembali.
Aku mencari ke ujung bumi, mencari hingga titik terendah. Tidak kutemukan jawaban itu.
Aku putus asa.
Aku bersedih hati.
Aku mencari begitu keras sambil terus berfikir keras kenapa aku hidup?
Satu titik aku berhenti.
Aku menoleh ke belakang, aku menemukan diriku melewati banyak hal.
Kini aku menghadap ke belakang, kenangan yang aku rajut begitu banyak.
Aku membalik badan kembali melihat kehidupan kini.
Dan aku menemukan dirimu berdiri sembari menyapaku dengan "hai".
Aku tersenyum.
Ya, ada kamu disana.
Dengan hatiku untukmu.
Kini, bila ada yang bertanya untuk apa aku hidup.. itu adalah untukmu.
No comments:
Post a Comment