"Mungkin aku suka padamu", Bakso mengatakannya terang-terangan kepada Urat, Urat tersenyum manis lalu mengatakan sesuatu diluar dugaan.
"Aku juga suka, tapi sayang kita hanya bisa bersatu namun tidak bisa sehati. Aku hanya bisa jadi pelengkapmu meski nama kita disandingkan bersama", Bakso luar biasa terkejut, begitu lama mereka bersama bahkan sesekali menjadi idola bagi orang lain, begitu dielu-elukan. Namun kenapa nasib mengatakan hal yang begitu menyedihkan seperti ini.
"Kenapa?" Bakso bertanya kembali pada Urat, sungguh bukan ini yang diinginkan Bakso, bukan akhir yang seperti ini setelah sekian lama mereka bertukar mecin untuk saling menyedapkan.
Urat hanya diam tidak berkata apa-apa, Bakso pun bersedih, begitu lama dan inilah hasilnya.
"Tapi tetaplah kita bersama, agar tidak kasihan para idola kita", Bakso yang tidak hanya mementingkan perasaannya saja akhirnya mengangguk dengan berat.
Sungguh berat bila bersama namun tidak bisa sehati. Sungguh beratlah perasaan ini.
"Apa yang kamu pikirkan Bakso?" ucap Telur yang kini menjadi penghuni baru dimangkok kenangan, Bakso hanya termenung menatap Telur, Telur sungguh perhatian padanya, setiap sakit yang ditimbulkan Urat, Telur datang melunakkan hati.
Namun Bakso tetap tidak menjawab Telur, ya Telur tidak perlu tau apa yang Bakso pikirkan setelah kejadian penolakan itu dan Bakso tetap memilih bersama Urat menghiasi dirinya.
"Aku tau pasti ini mengenai Urat kan?" Tembak Telur membuat Bakso menoleh dengan mata syahdu, Telur pun mengelus Bakso, dua gelundung saling mendekatkan diri, Telur menguatkan Bakso agar tidak patah semangat. Mulailah kedekatan baru antara Bakso dan Telur. Urat hanya bisa tersenyum, baginya perasaan pada Bakso hanyalah sebuah perasaan rekan kerja, tidak lebih. Urat senang mengetahui Telur bisa mengisi itu semua.
Urat melihat Telur dan Bakso pun menjadi idola bagi kebanyakan orang, dengan rasanya yang khas dan lapis tiga yang mereka miliki senandung garam dan lada menjadi satu. Urat senang pada Telur, begitupun Telur tidak masalah dengan kehadiran Urat. Seringnya dalam mangkok kenangan ini, Bakso dan Urat sangat jarang disatukan dengan Bakso dan Telur. Ini membuat mereka menjalin hubungan dengan intens, meskipun Bakso dan Urat hanyalah rekan kerja biasa.
Lama hubungan ini Telur berharap bahwa hari kasih itu akan tiba dengan Bakso, namun apa yang diharap berbeda dengan kenyataan, tidak ada kata manis atau apapun yang diharapkan oleh Telur. Bakso tetap nyaman dalam keadaan yang begini, Telur tidak mau menjadi teman yang mesra, Telur butuh status.
"Maafkan aku, Urat masih belum bisa kulupakan. Maukah kamu menungguku untuk menghapus kenangan bersama Urat?" Telur serasa ditikam Bakso, apakah ini pelarian atau pernyataan perang yang dicanangkan Bakso. Bagaimana bisa selama ini kedekatan mereka dan kini Bakso mengatakan hal yang begitu keji?
"Kumohon kepadamu, bantu aku melupakan Urat", Telur hanya bisa menggeleng sembari mengeluarkan tangis. Kuah mengatakan bahwa tangis Telur akan membuat mereka asin, namun Telur tidak perduli. Dia sakit, dia butuh berlari.
Bakso mungkin merasa bersalah, namun dia tidak tega menampik apa yang dirasakan oleh hatinya.
Maka demi menjaga kebersamaannya dengan Telur, dia mengurangi pertemuan dengan Telur dan mulai mendekati Daging Cincang Cabai. Daging Cincang Cabai sungguh sahabat yang mengerti Bakso. Meski Bakso selalu sakit dekat dengan Daging Cincang Cabai yang terasa pedas dan pedih, namun Bakso nyaman untuk mengeluarkan segala curhatnya. Daging Cincang Cabai pun merasakan hal yang sama. Ya mereka sama-sama nyaman namun mengerti tidak akan bisa bersatu. Seperti Tulus bilang, layaknya sepasang sepatu. Mereka sama-sama tahu betul mengenai itu.
"Menurutmu aku bisa menemukan rusukku Cang?" tanya Bakso pada Daging Cincang Cabai.
"Kenapa menurutmu tidak bisa?" Daging Cincang Cabai kembali bertanya,
Bakso terdiam, kenapa menurutku tidak bisa..
Itu mungkin ketika aku menyukai orang lain dan harus hidup dengan hanya memandangnya saja membuatku sakit namun rasa ini tetap membuatku bertahan, lama hal itu hingga ada yang menyukaiku dan aku hanya bisa membuatnya menatapku dari jauh. Persis apa yang aku alami. Itu memang tidak adil.
"Lakukanlah segalanya dengan usahamu semaksimal, tidak ada pengorbanan yang sia-sia mengenai rasa Baks", Daging Cincang Cabai menasihati, menggerakkan hati Bakso. Ya, segalanya tidak harus semestinya, kadang ada hal-hal diluar dugaan yang memang harus dijalani.
Bakso senang mendapatkan pencerahan dari Daging Cincang Cabai.
Lama hubungan ini berjalan, Bakso masih terus berUrat, Bakso masih lempar mecin dengan Telur, dan Bakso masih curhat dengan Daging Cincang Cabai.
Bakso pikir rasa yang dia galaukan akan hilang seiring waktu, namun kelamaan dia merasa hal ini makin sia-sia. Rasanya pada Urat tidak akan pernah hilang begitupun dengan rasa Telur padanya.
Dia tidak bisa memutuskan apa yang harus dilakukan, segala saran Daging Cincang Cabai telah dilakukan namun tidak menghasilkan apa-apa. Apa yang harus Bakso lakukan sekarang, Bakso hanya ingin mencari rusuknya.
"Kenapa kamu terus mencariku?" Bakso menoleh, pendatang baru dengan aroma yang sangat familiar. Itulah Rusuk, yang selama ini ternyata selalu ada didekatnya. Melindunginya, membuatnya kaya rasa.
"Kenapa kamu mencari sesuatu yang selalu menggenangimu, yang selalu hadir ketika kamu hadir?" Rusuk bertanya kembali, Bakso merasakan air mata meleleh lembut di pipinya.
"Ya, aku mencarimu rusuk yang hilang" dan Bakso pun tertawa, bukan Rusuk yang hilang, Bakso yang tidak pernah menyadari siapa yang selalu hadir bersamanya.
Ketika Urat dan Telur tidak ada, ketika Daging Cincang Cabai sedang hilang. Hanya dia yang tidak pernah hilang, yang mesti ada untuk Bakso.
Rusuk....
Rusuk Bakso yang dipikir hilang namun Baksolah yang terlalu fokus pada apa yang dihadapannya bukan apa yang ada didekatnya. Bakso menyesal dia telah terbutakan.
"Kemanapun kamu pergi setidaknya aku akan selalu bersamamu" ujar Rusuk tersenyum.
Ya.. Ya.. Rusuk, apalah si Bakso ini tanpa Rusuk dan Kaldumu. Biarlah kita beda mangkok, yang penting Bakso selalu tau, Bakso selalu dipenuhi aroma dirimu, rasa dirimu.
Begitu kita saling ungkap tanpa kata, tanpa basa tanpa basi. Hanya dirimu Rusuk, untuk Bakso yang tidak peka ini.
move on move on,urat dah dimakan, next bakso dimakan, next telur dimakan, mereka pun terlumatkan dan berjumpa dalam perut. end
ReplyDeleteJanganlah kau cepat sudahi kisah ini, haha~
DeleteSaat itu bakso akhirnya mengerti bahwa ia hadir karena sang rusuk :")
ReplyDeleteBakso akhirnya sadar bahwa rusuk selalu ada untuknya~~
Delete