Entah mengapa kita hanya memandang dan tak saling menyapa.
Ditengah kesunyian yang khidmat itu, aku yang hanya menatap lantai lalu langit-langit, tidak aku tidak merasa bosan atas apa yang sedang aku lakukan. Aku hanya mencari-cari dimana Tuhan berada, dan aku menemukanmu disana, dengan bingkai kacamatamu memandangku tanpa kedipan, membuatku menoleh kesamping kanan kiriku menyadari tak ada yang lain selain aku seorang diri yang kau tatap, membuatku meragu apakah benar tatapan itu untukku?
Aku menatapmu, kini dengan lebih intens menghilangkan khidmat yang sedari awal ku emban. Kamu kenapa? kenapa menatapku? kenalkah kita? atau perlukah kita berkenalan?
Selang waktu bergerak, selang waktu kita akhirnya tak hanya diam, aku menemukanmu kembali disana dengan tatapanmu mengarah kepadaku, lalu mukamu yang berubah jadi merah. Ada apa? kamu membuyarkan khidmatku, kamu membuatku berpaling dari Tuhanku, kamu siapa?
Aku kembali pada pertanyaan yang membuatku merenungkannya dan segala duniaku berputar kearah yang berbeda, ketika waktu bisa dicuri maka tatapan kita saling beradu pandang, melempar sebuah isyarat yang sama sekali tak bisa kutangkap, melihat apakah benar bingkai kacamata itu membuatku melupakanmu?
Ada apa dibalik bingkai kacamata itu?
Lagi-lagi aku terusik dan kembali kufikirkan kamu dengan bingkai kacamatamu, menatapku dengan intens, mencuri waktu membuat kita saling bertatapan. Mungkinkah kita punya kisah dimasa lalu?
Mungkinkah ada rajutan cinta diantara kita, mengoyaknya dan menghantarkanmu hilang dari hadapanku.
Segala kemungkinan kutuangkan dalam lembar kertas putih, meninggalkan jejak warna yang sekejap kulupakan. Itukah kamu? kamukah jejak warna itu? aku merenung, meninggalkan dunia lalu mencoba menggali kuburan masa lalu, harta terpendam yang kusimpan dalam dasar hati terdalam.
Siapakah kamu lelaki berkacamata yang memandangku?
Dan ketika waktu telah menyelesaikan segalanya, aku kembali pada khidmatku menanti kamu berdiri dari tempatmu, bergerak dari saat memperhatikanku dan membuatku kembali mengingat dirimu.
Lalu ketika kubuka mata ini, benar kulihat kamu disana, tersenyum dengan senang bagaikan semangat mentari. Kutemui kamu disana dengan seorang gadis yang bercanda dan aku tau, mata dibalik bingkai itu menipuku atau aku yang sedang menipu diriku sendiri.
Bukan aku orangnya.
Ditengah kesunyian yang khidmat itu, aku yang hanya menatap lantai lalu langit-langit, tidak aku tidak merasa bosan atas apa yang sedang aku lakukan. Aku hanya mencari-cari dimana Tuhan berada, dan aku menemukanmu disana, dengan bingkai kacamatamu memandangku tanpa kedipan, membuatku menoleh kesamping kanan kiriku menyadari tak ada yang lain selain aku seorang diri yang kau tatap, membuatku meragu apakah benar tatapan itu untukku?
Aku menatapmu, kini dengan lebih intens menghilangkan khidmat yang sedari awal ku emban. Kamu kenapa? kenapa menatapku? kenalkah kita? atau perlukah kita berkenalan?
Selang waktu bergerak, selang waktu kita akhirnya tak hanya diam, aku menemukanmu kembali disana dengan tatapanmu mengarah kepadaku, lalu mukamu yang berubah jadi merah. Ada apa? kamu membuyarkan khidmatku, kamu membuatku berpaling dari Tuhanku, kamu siapa?
Aku kembali pada pertanyaan yang membuatku merenungkannya dan segala duniaku berputar kearah yang berbeda, ketika waktu bisa dicuri maka tatapan kita saling beradu pandang, melempar sebuah isyarat yang sama sekali tak bisa kutangkap, melihat apakah benar bingkai kacamata itu membuatku melupakanmu?
Ada apa dibalik bingkai kacamata itu?
Lagi-lagi aku terusik dan kembali kufikirkan kamu dengan bingkai kacamatamu, menatapku dengan intens, mencuri waktu membuat kita saling bertatapan. Mungkinkah kita punya kisah dimasa lalu?
Mungkinkah ada rajutan cinta diantara kita, mengoyaknya dan menghantarkanmu hilang dari hadapanku.
Segala kemungkinan kutuangkan dalam lembar kertas putih, meninggalkan jejak warna yang sekejap kulupakan. Itukah kamu? kamukah jejak warna itu? aku merenung, meninggalkan dunia lalu mencoba menggali kuburan masa lalu, harta terpendam yang kusimpan dalam dasar hati terdalam.
Siapakah kamu lelaki berkacamata yang memandangku?
Dan ketika waktu telah menyelesaikan segalanya, aku kembali pada khidmatku menanti kamu berdiri dari tempatmu, bergerak dari saat memperhatikanku dan membuatku kembali mengingat dirimu.
Lalu ketika kubuka mata ini, benar kulihat kamu disana, tersenyum dengan senang bagaikan semangat mentari. Kutemui kamu disana dengan seorang gadis yang bercanda dan aku tau, mata dibalik bingkai itu menipuku atau aku yang sedang menipu diriku sendiri.
Bukan aku orangnya.
Sedih banget.. Serasa nyesek gitu yah :(
ReplyDeletemalu tepatnya, haha
DeleteTapi kan cowoknya lagi becanda sama cewek laen :'
Delete*berharap kita yang disapa
Deleteaduh kalau kejadiannya seperti itu pastinya ada rasa sedih ya :(
ReplyDeletemalu mbakbro XD
Delete