Sumber |
Di masa itu ketika semua orang merelakan kepercayaannya pada satu orang pemimpin, merelakan waktu untuk mengagung-agungkan orang tersebut. Bagiku dia nampak sama sebagai manusia, hanya kepercayaan, harkat dan martabatlah yang membuatnya nampak berbeda.
Bukankah memang sebagian orang diciptakan terlihat lebih hingga dipuja puji?
Aku hanya melihat dari kejauhan, kehidupan desa yang damai aman dan senantiasa berbahagia, hidup guyub dan bergotong royong hingga suatu ketika istri sang pemimpin yang dielukan meninggal. Meninggal penuh dengan kemasyuran, semua orang membicarakan kebaikannya selama hidup. Jenazahnya diarak ke kampung-kampung dengan ribuan pengikut. Begitu megah dan penuh keriaan.
Hingga satu kelompok begitu mengagungkan tanggal wafat istri sang pemimpin yang begitu dielukan, di tanggal itulah satu orang akan dikorbankan untuk menjamu istri sang pemimpin.
Kelompok ini begitu menggilai istri sang pemimpin.
Kami mengelilinginya dengan anak-anak sebaya, kami saling melempar senyum tawa dan canda. Tidak ada yang bersedih ataupun mengeluarkan air mata di acara itu.
Semua bersenda gurau, awalnya aku merasa asing, asing sekali.
Aku hanya diam menunduk tidak mengerti apa yang harus dilakukan.
Tak lama aku mulai mengangkat wajahku, melihat mereka satu per satu lalu membuat kelakar. Mereka menyambut dengan derai tawa menyenangkan.
Aku berhasil tergabung dalam kegembiraan tersebut hingga lelah menanti dan satu per satu dari mereka dijemput untuk pulang menyisakan aku dan beberapa lainnya bersama jenazah yang terlihat cantik dan wangi.
Aku terduduk di sofa bersama seseorang, dia tersenyum kepadaku lalu tidur dekatku duduk. Tidak ada rasa canggung namun aku menorehkan senyum sedih.
"Kamu dijemput.." sebentar aku merasakan momen itu hingga seorang yang lain berkata padaku bahwa aku dijemput. Dia lelaki.
Hari yang berganti membuatku kembali ke toko buku, toko buku yang kini terlihat kusam. Aku mencari sesuatu dan menemukan di toko buku yang bagiku sangat asing itu dengan penjaga yang sangat tidak ramah.
Buku yang kucari tidaklah utuh, dia robek setengah, tintanya luber kemana-mana. Aku meneteskan air mata lalu menutup buku itu, mengatakan akan kembali di hari berikutnya.
Sang penjaga lalu menutup pintu toko tersebut dan mengatakan mereka tutup.
Toko buku itu berada di basement, dimana aku harus jalan berapa langkah untuk keluar dan mengambil motor. Banyak orang yang kusapa dan melempariku dengan senyum dan keramahan mereka.
Tak lama, aku membawa sekotak hal-hal yang menurutku berharga dan kulihat lelaki yang bersamaku sebelumnya sedang berbicara dengan tiga orang lainnya. Mereka asik berbicara, inginku jalan melewati jalan yang biasa, namun aku penasaran dan melewati mereka. Aku memberikan salam dan lelaki itu mengikutiku.
"Kuncinya udah bawa?" itu ucapan pertamanya, membuatku teringat bahwa aku sama sekali lupa dengan kunci itu,
"Aku lupa.." aku benar-benar tidak bisa mengingatnya bahkan ketika kubongkar kotak berharga itu. Kami pun berjalan ke parkiran tetap dalam tempo santai, mengobrol dan berbicara dengan santai dan baik hingga tiba di parkiran motor.
Kali ini aku tidak bisa menemukan motornya,
"Kamu taruh dimana?" lelaki itu bertanya kembali, aku menggeleng ingin menangis.
"Aku bantu cari," sahutnya, aku tersenyum lalu kembali mencari, masih menggenggam kotak berharga itu kali ini semakin erat.
Ketika menemukannya aku bersama lelaki itu dan melihat ada sepotong tulisan denda di atas motor, ya denda karena aku meninggalkan kunci tergantung di motor tersebut.
Ingatku aku tidak meninggalkannya, lalu seseorang datang dan duduk diatas motorku.
"Meninggalkan kunci itu tidak baik, bisa buruk," ucapnya singkat, kepalanya tertutup helm.
"Aku lupa," aku menjawabnya, aku tahu orang yang duduk diatas motorku ini menatapku dalam
"Tidak bisa lupa, tidak boleh lupa," aku merengut karena benar-benar melupakan hal itu
"Ingat tidak boleh lupa dan kenapa ragu?"
Aku diam, lelaki disebelahku diam, kotak berhargaku kupegang kian erat.
Dan mimpi malam ini berakhir.
Aku tidak boleh lupa dan menemukan jawaban atas alasan keraguan.
-21 Juni 2020.
No comments:
Post a Comment