“Stasiun MRT terdekat dimana ya?” tanya gue pada barista di kedai kopi. Siang itu cukup pekat hingga gue menyingkir ke dalam kedai kopi Ratangga sehabis pertemuan MUA (Make Up Artist).
“itu stasiun MRT mbak, Stasiun Blok A” lelaki disebelahku langsung menjawab diiringi senyum barista tersebut, gue memiringkan kepala dan terlihat eskalator ke atas
“mau diantar?” tawar lelaki itu sembari tertawa kecil
“boleh” gue mengiyakan dengan yakin yang membuat lelaki itu mengatupkan mulut dan tak lama tertawa kencang
“Mau kemana emangnya?” tanyanya
“mau naik MRT yang terdekat dengan stasiun KRL” ujarnya
“wah perjalanan jauh ya, gue juga sih. Arah Lebak Bulus” sahutnya
“Arah Manggarai. Salam” gue mengacungkan tangan meminta handshake dan dia menyanggupinya sembari menghormat.
Bagi orang lain ini seperti moment absurd tapi bagi kita ini malah jadi awal pembicaraan.
“Kenapa bisa arah Lebak Bulus nganterin orang yang mau turun di stasiun terdekat dengan KRL?” ucap gue begitu tersadar bahwa arah Lebak Bulus bertentangan dengan arah yang gue tuju
“Yang pertama lagi senggang, yang kedua mbak nya cakep” jawab dia ala kadarnya