Sore ini gue menyeduh teh hangat dengan sebungkus biskuat agar lebih kuat menghadapi kenyataan dunia ini. Kenangan mulai terlempar, tidak sampai setahun namun rasanya cocok saja menceritakan kala sore menorehkan senyum.
Tempat yang menurut gue adalah sebuah tempat dengan kekuatan magis, letaknya tidak jauh dari Ibukota ataupun Planet yang gue huni sekarang.
Yep, cuman butuh sekitar satu jam atau ya dua jam kalau hanya mengandalkan gmaps dan sedikit ketidakpekaan terhadap peta dan main ambil arah lain.
Kala itu gue dan sejawat yang baik hati menemani kekepoan gue akan sebuah tempat di Jakarta yang terkenal banget sama keteduhannya. Hutan Mangrove Pantai Indah Kapuk.
Ada yang tahu atau pernah kesini?
Menurut @ndahayu sejawat gue sih, tempat ini sudah banyak berubah seperti terakhir dia kesini bareng mantannya dan gue mulai manggut-manggut sambil berkata dalam hati,”pantes aja berubah, udah enggak jadian lagi soalnya”.
Singkat cerita setelah lama nyasar (mafhum bukan anak Jakarta Barat jadi nyasar-nyasar banyak) kita pun akhirnya sampai di PIK pukul 12.00 wib, ketika mentari dengan semangat bersinar sambil ngeledek.
Ekspektasi gue sama tempat ini cukup tinggi mengingat tiket masuknya yang seharga 25ribu@orang ditambah 5ribu untuk parkir motor adalah nominal yang lumayan.
Begitu masuk kita akan dihadapi persimpangan, saran gue jangan takut ataupun gugup. Beranilah dan hadapi persimpangan itu dengan gentle, pilihlah sesuai kendaraanmu. Kalau berjalan kaki ambil jalan yang halus tapi kalau naik sepeda ambil jalan yang liat.
Karena kita berjalan kaki maka gue ambil jalan halus, begitu masuk kita langsung disapa sama tukang es kelapa, kantin dan monyet! iyess monyet. Sehubungan disini ada monyet berkeliaran jadi tolong jaga barang dan hati ya, takut dicuri aja hatinya.
Maju sedikit kita akan melihat pondokan dan tempat yang biasa dipakai untuk kemah pramuka. Kebetulan pas kita dateng ada sekelompok dede-dede emesh yang lagi pramuka sambil jaga tenant jasuke (jagung susu keju) yang ramahnya selalu bilang,”jasukenya kakak”. Agak bahagia aja dipanggil kakak dari yang biasanya tante.
Nah disini ada beberapa tempat yang gue kelompokkin.
1. Lokasi penanaman anak bakau
2. Lokasi melihat burung
3. Trekking ditengah hutan bakau
4. Menuju reklamasi pantai
dan keempatnya secara sigap dan sergap telah gue jelajahi.
Lalu dari semua tempat itu mana yang paling gue suka?
ya semua gue suka meskipun mereka enggak suka sama gue (huft).
Tempat favorit buat gue dan Indah adalah lokasi melihat burung dengan jalan panjang yang disusun dari balok kayu dan dengan jarak tertentu ada bangku kayu yang terpajang manis. Salah satunya menghadap ke hutan bakau dengan air laut yang mengelilingi. Sesekali suara pesawat terdengar merdu. Kami memutuskan duduk di salah satu bangku itu dan sepoi angin langsung menyapa kami.
Suara kicau burung sejenak berbunyi lalu menghilang, begitu seterusnya. Angin lambat-lambat mengelus pipi, memainkan rambut yang sukanya mengembang. Kami sama-sama bersandar pada bangku kayu dan mendongakkan kepala, wajah kami hangat ditimpa sinar mentari yang menembus sela dedaunan.
Bisa kalian bayangkan itu?
Suasana cukup sepi dan hening, sesekali beberapa orang melewati kami. Tak ambil pusing, bukan perduli kami bila mereka melihat dua gadis duduk berdampingan mendongakkan wajah sesekali menutup mata. Dalam keheningan itu Indah sesekali membuka suara mengingat kenangan lama dalam waktu yang baru lalu hening menghinggap kembali.
Pada tempat yang pas kami duduk di jembatan balok kayu, duduk dengan kaki menggantung, dibawah kami persis air laut yang terjebak diantara mangrove. Lalu menikmati kembali suasana syahdu yang ditawarkan hutan Mangrove pada kami.
Itu salah satu kegiatan yang kebetulan gue dan Indah sukai ternyata. Menyingkir dari bisingnya knalpot dan segala kemewahan ibukota. Hanya duduk dan mendengarkan bagaimana alam bernyanyi.
Hanya itu karena selebihnya banyak dari tempat ini yang sedang dibangun, banyak (sekali) sampah bertebaran di lokasi ini, kemungkinan adalah sampah Jakarta yang kemudian tersangkut di hutan Bakau ini. Banyak jembatan bamboo yang sudah tidak layak dan lapuk hingga harus segera mungkin dibetuli.
Entah bisa dibilang sial atau memang beruntung waktu menjelajah lokasi trekking hutan bakau (dan kebetulan sendirian, karena Indah terlanjur lelah) gue bertemu dengan biawak mak! biawak itu juga bukan maen gedenya. Akhirnya gue harus diem ditempat nunggu sampe tuh biawak lewat sambil berdoa dalam hati dia enggak nengok ke gue. Situasinya adalah agak remang karena pohon disitu terlanjur menutup cahaya yang masuk dan benar-benar sepi.
dan berikutnya adalah beneran sial, ketika nyari reklamasi pantai yang ada di papan penunjuk dan kudu nyelungsup masuk-masuk ke area trekking gue menemukan pasangan mesum (karena mereka dalam posisi yang enggak enak dipandang meski masih berpakaian bawah lengkap) yang cuman bisa nyengir kuda ketika gue bilang permisi terus ya karena gue iseng gue lewat situ aja lagi baliknya –haha, tertawa jahat-
Gue rasa ini adalah salah satu tempat di Jakarta tanpa perlu nyebrang (karena di area Jakarta terakhir gue pergi ke Hutan Mangrove Pulau Untung Jawa) yang bisa buat mainin kaki dengan trekking, asah keseimbangan dengan jalan diatas jembatan yang terdiri dari tiga bambu sejajar, menguji keberanian sambil uji nyali dan terakhir tempat keheningan yang hakiki dimana kamu bisa merindui wangi air laut itu.
Akhir kata. Masih banyak memang yang harus dibenahi dari tempat ini dan mungkin saran gue adalah adanya pusat edukasi dan informasi yang lebih daripada yang sekarang ini namun tempat ini tetap aja membuat gue takjub dan menjadi destinasi pelarian diri dari kepenatan status jomblo #duh enggak ada hubungannya lagi#.
No comments:
Post a Comment