Kadang kukatakan pada dunia, bahwa keadilan itu tidak ada sama sekali.
Tidak bersuara salah,
Bersuara salah,
Lalu letak keadilan dimana?
Tidak berhati salah,
Berhati pun salah,
Lalu letak keberadaan itu dimana?
Tidak bersuara salah,
Bersuara salah,
Lalu letak keadilan dimana?
Tidak berhati salah,
Berhati pun salah,
Lalu letak keberadaan itu dimana?
Sungguh awal tulisan yang sungguh emosional bukan?
Karena dunia yang sangat rumit, kompleks dan sungguh terkotak-kotak.
Beberapa kepala berteriak kesetaraan, beberapa mencibir, beberapa nyinyir dan segalanya tetap pada posisinya.
Karena dunia yang sangat rumit, kompleks dan sungguh terkotak-kotak.
Beberapa kepala berteriak kesetaraan, beberapa mencibir, beberapa nyinyir dan segalanya tetap pada posisinya.
Bahkan hati yang mecinta harus terbatasi, dibatasi oleh sekat-sekat kasat mata yang orang bilang adalah sesuatu yang tidak boleh diganggu gugat.
Ah, sudahlah memang dunia ini, sejenak kuceritakan pada gadis yang selalu mengikutiku untuk tahu kisah kasihku.
Cintaku selalu gagal, fisiklah penyebabnya, mereka mengaku nyaman untuk sekedar curhat dan ngobrol namun tidak selanjutnya. Bagi mereka aku bagai boneka baymax, bagiku terjebak friend zone sungguh menyakitkan.
Sampai kala itu datang, gadis yang menerimaku.
"Mau jadi pacarku?"
Aku bertanya dia meragu, membuatku mundur teratur, bila gadis meragu apalah dayaku.
"Kalau kita jalanin dulu aja gimana?"Dia menjawab beberapa hari kemudian, membuatku tersenyum.
Perkenalan kami dari satu kantor, awalnya saling bertukar obrolan, candaan lalu tanpa kami sadari juga hati. Aku tahu bahwa kami memiliki sekat besar dalam kehidupan ini, kepercayaan yang tidak mungkin digoyahkan.
Namun kami ingin mendobraknya, apakah cinta salah?
4 tahun kami menjalani, terjalin sudah banyak cerita, habis sudah banyak buku akan kisahku dan dia.
Masih terombang-ambing dalam pilihan,
Orang tuanya menegaskan aku harus mengikuti bayangannya, orang tuaku mengatakan akulah lelaki satu-satunya, pelindung keluarga.
Bingung namun tak ingin melepaskan. Hatiku sudah seutuhnya miliknya.
Namun imanku milikku dan milik keluargaku.
Tak bisakah kita bersama tanpa memandang hal itu?
Masih terombang-ambing dalam pilihan,
Orang tuanya menegaskan aku harus mengikuti bayangannya, orang tuaku mengatakan akulah lelaki satu-satunya, pelindung keluarga.
Bingung namun tak ingin melepaskan. Hatiku sudah seutuhnya miliknya.
Namun imanku milikku dan milik keluargaku.
Tak bisakah kita bersama tanpa memandang hal itu?
Kadang aku berpikir bahwa hal-hal yang ada sungguhlah tidak masuk akal, aku marah pada dunia, aku kesal pada Pencipta.
Mengapa dia membuatku mencinta jika harus dipisahkan, apa yang salah dariku, belum cukup memangnya aku belajar mengenai urusan cinta dan hal remeh temeh lainnya?
Mengapa dia membuatku mencinta jika harus dipisahkan, apa yang salah dariku, belum cukup memangnya aku belajar mengenai urusan cinta dan hal remeh temeh lainnya?
Aku selalu bertanya kenapa dan kenapa lalu kurasakan genggaman tangannya erat, menguatkanku.
Dia selalu ada bersamaku, menatap mataku, menguatkanku, menghangatkanku dalam kasih yang begitu dalam.
Sungguh tegakah aku melepaskannya?
Egoiskah aku mendapatkan kebebasan memilikinya tanpa melepaskan yang lain?
Salahkah bila aku benar melakukan hal itu?
Dia selalu ada bersamaku, menatap mataku, menguatkanku, menghangatkanku dalam kasih yang begitu dalam.
Sungguh tegakah aku melepaskannya?
Egoiskah aku mendapatkan kebebasan memilikinya tanpa melepaskan yang lain?
Salahkah bila aku benar melakukan hal itu?
Kami saling menjaga dalam jarak yang aman, kami menuruti adat yang terbentuk dari lingkungan.
Apalagi yang dunia tuntut padaku?
Pada rasaku?
Pada hatiku?
Dan kurasakan pilu begitu menggugah.
Kukatakan pada dunia, pada semesta.
Bila bukan dengannya, aku tak akan memberikan hatiku pada yang lain, hingga jiwa kering kerontang hanya dialah yang akan menyuburkannya, dialah yang akan menentramkan segalanya.
Apalagi yang dunia tuntut padaku?
Pada rasaku?
Pada hatiku?
Dan kurasakan pilu begitu menggugah.
Kukatakan pada dunia, pada semesta.
Bila bukan dengannya, aku tak akan memberikan hatiku pada yang lain, hingga jiwa kering kerontang hanya dialah yang akan menyuburkannya, dialah yang akan menentramkan segalanya.
Aku akan mempertahankannya karena dia pun akan mempertahankanku.
Karena rasa kami sama,
Cinta kami satu,
Dan kami tak akan terpisah.
Karena rasa kami sama,
Cinta kami satu,
Dan kami tak akan terpisah.
Nb: bertukar cerita di angkringan sembari menikmati segelas wedang jahe. Bercerita nano nano kesal gembira dan lebih banyak mengajukan pertanyaan, apapun keputusan kalian, gue selalu dukung keputusan Tuhan :)
No comments:
Post a Comment