Sumber |
Menurut gue ini adalah salah satu film lama dari berderet-deret film bagus yang gue tahu.
Ratingnya emang gak lewat 7 di IMDB tapi layak ditonton (menurut gue).
Ceritanya diawali oleh seorang gadis belia yang udah nginjek angka 26, dimana teman-temannya sudah memiliki pasangan atau bahkan menikah. Gak jauh kayak di Indonesia lah, dimana ketika lu nginjek umur 25 aja kayaknya beneran mau nginjek-nginjek itu umur karena undangan berderet tiap minggu sedangkan pasangan aja gak punya.
Nah si Alice ini, pindah ke New York untuk bekerja dan ketemu Robin (Rebel Wilson, gue seneng banget sama orang satu ini, gendut tapi percaya diri, dia membuat gue yakin bahwa gak ada siapapun yang bisa ngejudge orang lain kalau memang kita tidak mengijinkannya) di firma hukum yang memperkerjakan Alice.
Ketika kerja disini, ini adalah saat Alice dan pacarnya memilih break dulu (istirahat dalam pacaran, artinya tidak saling menghubungi dan memilih sendiri dulu).
Disinilah Robin yang melajang dan Alice yang sedang break merajut pertemanan tidak biasa. Melakukan hal-hal gila yang memang tidak bisa dinalar Alice awalnya. Ini juga yang menjadi titik awal bertemunya Alice dengan Tom pemilik kafe, lelaki yang tidak mempercayai hubungan dan lebih senang menjalani hubungan tanpa terikat.
Seiring berjalannya waktu, Alice akhirnya menyadari bahwa dia tanpa Josh (kekasih yang sedang diajak break) seperti chiki tanpa micin kurang rasa kurang gairah. Dengan maksud ngajakin Josh balikan dia malah menemukan kekasihnya sudah bersama orang lain. Mengerti bahwa posisinya sudah tergantikan Alice pun pergi dalam badai tangis New York (Oke, ini agak berlebihan), tapi kan begitu kan.. tapi ya emang gak bisa disalahin juga, break bagi sebagian orang adalah hubungan yang tidak akan terselamatkan sih.
Berlari ke Robin, mereka melakukan banyak hal lebih gila, mengeksploitasi hal-hal yang sangat baru bagi Alice, ah dan si Tom, mari kita jangan lupakan pemilik kafe yang apatis terhadap cinta ini.
Peran dia sebenernya sangat signifikan, awalnya dia bertemu dengan cewek aneh yang bernama Lucy, cewek yang ngebuat program web dimana dia bisa memilih pasangan yang cocok untuknya. Kebalikan dari Tom, Lucy sangat percaya cinta dengan hubungan (dan dia cantik loh).
Dan Tom menjadi penyelamat bagi kencan buta Lucy yang beberapa kali dilakukan di kafe Tom, namanya kencan buta pasti ada aja yang gak benernya kaaan, nah disitulah si Tom meminjamkan kantornya untuk Lucy bersembunyi.
Oke cerita berjalan, Alice menggila, Robin lebih gila dan cerita ini berputar pada orang-orang itu sampai pada titik lain dimana Alice menemukan calon pedekatean potensial yang malah belum bisa lupain istrinya dan mengira Alice akan menggantikan posisi ibu bagi anak semata wayangnya.
Yeah, Alice... Mungkin seseorang telah pergi namun tidak begitu dengan kenangannya, karena seseorang akan selalu hidup dari kenangan..
Merasa sedih dan hancur kembali, pdkt gagal emang agak nyakitin broh.
Alice yang sudah tidak kuasa lagi menangis sejadinya ke Meg (kakaknya) dan meminta maaf bahwa kehidupan mandiri yang seharusnya menjadi miliknya masih selalu digoyahkan.
Titik berikutnya dalam cerita ini adalah ketika Robin mengumpulkan mantan-mantan Alice dalam ulang tahunnya, Alice marah besar, rasa yang tidak bisa dia kendalikan, apalagi ketika dia mencoba bercinta sama Josh (mantan kekasihnya), Josh malah bilang dia lagi bertunangan. Sinting kali lelaki ini, mengatakan rindu pada wanita lain tapi sedang bertunangan dengan wanita lain, emang pantes dihajar (jadi ikutan emosi).
Robin pun kena emosi bahwa tidak sepantasnya seorang teman melakukan hal itu.
Seperti pertemanan lain mereka berantem bukan kepalang.
Disaat macem itu dan Alice memilih untuk pergi dari pestanya sendiri, Meg (Kakaknya Alice) malah kontraksi.
Dihimpit hal-hal yang lebih urgent akhirnya mereka bahu membahu membantu Meg untuk ke rumah sakit, setelah keadaan aman, Robin pun meninggalkan Alice dan kakaknya.
Sedikit selingan, Meg ini juga termasuk yang apatis terhadap hubungan terikat. Dia merasa mampu mengatasi semua hal sendiri dan menjadi wanita independen. Ketika akhirnya dia menggendong seorang bayi, dia menginginkan seorang bayi tanpa terikat. Dia menjalani bayi tabung. Ken (teman kencan Meg) yang sebelumnya lagi PDKT sama Meg, dan tiba-tiba putus komunikasi merasakan ada yang janggal hingga mereka bertemu di toko bayi, Ken dengan bahagia mengatakan bahwa dia akan menjadi ayah namun Meg yang tidak percaya hubungan serius malah menjegalnya dan meminta Ken untuk menjauh. Ah, ini scene sedih yang gue rasakan ketika si Ken mengatakan bahwa bukan dia yang ingin menjauh namun karena Meg yang menjauhkannya.
Akhir Meg dan Ken sih akhirnya baik-baik saja. Gimana Meg berkata bahwa dia memang wanita independen tapi bukan berarti dia tidak butuh orang untuk bersandar.
Wah, keren bangetlah kata-kata ini menurut gue.
Balik lagi, Alice mulai merangkai momen kesendiriannya, belajar mandiri kembali, belajar mengatasi waktu-waktu sendiri dengan baik. Benar-benar menjadi sendiri yang berkualitas deh.
Akhirnya dia ke tempat Robin dan meminta maaf atas perkataannya ketika di pesta ulang tahunnya.
Ah, jangan sampai kita lupakan Tom dan Lucy, Tom akhirnya menyerah dengan keadaan bahwa dia sungguh menyukai Lucy, untuk kali pertamanya dalam hidupnya dia menyukai seseorang dan ingin hidup bersama orang itu.
Namun Lucy sudah punya yang lain, disinilah akhirnya Tom menyadari bahwa seberapa lama dia sendiri pada akhirnya dia menemukan satu titik dimana ketika dia menemukan orang yang tepat dia ingin tinggal lebih lama bersama orang itu.
Alice sendiri akhirnya hidup melajang dengan belajar lebih independen, melakukan hal-hal yang dia sukai.
Dia meyakini bahwa momen kesendirian ini harus digunakan sebaiknya agar ketika terlewat dia mengerti bahwa dia sudah melakukan banyak hal untuk dirinya sendiri.
Yaaa, kita memilih bersama karena kita tahu ketika kita sendiri baik namun ketika bersamanya kehidupan jauh lebih baik dan lebih berharga, karena melihat senyumnya sama seperti memiliki harta terbaik di muka bumi ini.
Karena itulah kekuatan cinta~~~~~
No comments:
Post a Comment