Percayalah, yang hilang tidak patut kamu tangisi, karena dia bukan punyamu. Namun tetaplah seribu orang mengatakan itu aku akan berkata bahwa kita diciptakan untuk saling mengisi maka untuk apa ketika hilang kita tak saling menangisi?
Sarah gadis itu, patutlah dia berbangga hati karena akhirnya Tuhan terketuk untuk memanggil jiwa yang telah tiada menjadi satu dengan seorang yang nyata.
Lelaki yang lain datang bagaikan bayangan, tidak ada yang mengetahui asal usulnya, dia hanya datang duduk dan memperhatikan. Diam tak bergeming, dalam kepalanya mungkin berkecamuk segala asa, otaknya mungkin berputar 360 derajat. Matanya mengikuti sang gadis, takut kehilangan jejaknya, namun wajahnya menyiratkan hal lain. Dia harus cepat, dia diburu bintang.
Bolehkah kusebut lelaki asing ini sebagai Nara? jika tidak sekali lagi kuulang panggillah dia sesuka kalian namun jangan pernah lupakan dia yang telah kamu berikan nama.
Nara duduk seorang diri dibangku taman rumah sakit, tempat biasanya Michael akan duduk untuk menunggu Sarah pulang, dan sekejap ketika Sarah menjejakkan diri ditaman mencoba mengenang, dia tertegun menatap seorang asing terduduk sembari menatap bayangan lonceng yang semakin semarak dengan latar senja yang menyingsing, membuat Sarah hendak meneteskan air mata, Michael menyukai senja, Michael menyukai pemandangan senja dari bangku taman rumah sakit, Michael yang selalu menunggunya pulang karena tak sabar minta ditemani. Michael dan dia benci kehidupan ini.
Sarah berjalan cepat melewati Nara, membuat Nara tertegun namun juga tersenyum kemudian tanpa sadar dia berteriak.
"Sarah" satu kata untuk dunia, "Sarah", satu kata lagi untuk dunia,
Sarah membeku, tak berani menengok kebelakang, Michael telah tiada tak dapat dia pungkiri, namun dia ingin mengingkari ketika dia menengok ke belakang dia akan menemukan Michael tersenyum disana memandangnya, memanggilnya.
"SARAH" dan sekali lagi, kali ini teriakan dari Nara, membekukan segala yang ada disekitar Sarah.
Nara berjalan mendekatinya dengan keberanian, memutari Sarah lalu bertatapan dengannya, Sarah menunduk tak berani menatap lawannya.
Air mata tak lagi terbendung, bagaikan terhempas reruntuhan langit dia berlari dengan uraian air mata. Ironi.
Hal yang telah hilang kembali bagaikan tornado, datang tanpa diundang dan rasanya menyesakkan sampai pada tulang rusukmu.
Sarah gadis itu, patutlah dia berbangga hati karena akhirnya Tuhan terketuk untuk memanggil jiwa yang telah tiada menjadi satu dengan seorang yang nyata.
Lelaki yang lain datang bagaikan bayangan, tidak ada yang mengetahui asal usulnya, dia hanya datang duduk dan memperhatikan. Diam tak bergeming, dalam kepalanya mungkin berkecamuk segala asa, otaknya mungkin berputar 360 derajat. Matanya mengikuti sang gadis, takut kehilangan jejaknya, namun wajahnya menyiratkan hal lain. Dia harus cepat, dia diburu bintang.
Bolehkah kusebut lelaki asing ini sebagai Nara? jika tidak sekali lagi kuulang panggillah dia sesuka kalian namun jangan pernah lupakan dia yang telah kamu berikan nama.
Nara duduk seorang diri dibangku taman rumah sakit, tempat biasanya Michael akan duduk untuk menunggu Sarah pulang, dan sekejap ketika Sarah menjejakkan diri ditaman mencoba mengenang, dia tertegun menatap seorang asing terduduk sembari menatap bayangan lonceng yang semakin semarak dengan latar senja yang menyingsing, membuat Sarah hendak meneteskan air mata, Michael menyukai senja, Michael menyukai pemandangan senja dari bangku taman rumah sakit, Michael yang selalu menunggunya pulang karena tak sabar minta ditemani. Michael dan dia benci kehidupan ini.
Sarah berjalan cepat melewati Nara, membuat Nara tertegun namun juga tersenyum kemudian tanpa sadar dia berteriak.
"Sarah" satu kata untuk dunia, "Sarah", satu kata lagi untuk dunia,
Sarah membeku, tak berani menengok kebelakang, Michael telah tiada tak dapat dia pungkiri, namun dia ingin mengingkari ketika dia menengok ke belakang dia akan menemukan Michael tersenyum disana memandangnya, memanggilnya.
"SARAH" dan sekali lagi, kali ini teriakan dari Nara, membekukan segala yang ada disekitar Sarah.
Nara berjalan mendekatinya dengan keberanian, memutari Sarah lalu bertatapan dengannya, Sarah menunduk tak berani menatap lawannya.
Air mata tak lagi terbendung, bagaikan terhempas reruntuhan langit dia berlari dengan uraian air mata. Ironi.
Hal yang telah hilang kembali bagaikan tornado, datang tanpa diundang dan rasanya menyesakkan sampai pada tulang rusukmu.