Hoy hoy..
Untuk perjalanan dari Jakarta-Klaten sendiri kita memilih menaiki kereta yang murah meriah lebih-lebih sekarang ber-AC dan kamar mandinya yang udah elegan dikit.
Tujuannya jelas Solo-Jebres, untuk PP-nya sendiri Rp. 100,000. Tapi kuping punya denger sih mulai per 1 Januari 2014 harga kereta ekonomi udah naik jadi Rp. 95,000 per perjalanan.
Sekarang pun perjalanan bukan malam buta lagi tapi tengah hari bolong kebetulan aja tuh hari rintik rintik nakal jadi kereta yang AC-nya ngabal-ngabal karena berasa gak pake AC padahal gue duduk tepat dibawahnya jadi terobati.
Senin ::
Berangkat 12.30 Sampai 23.15, yaaah namanya juga kereta odong-odong yang selalu diselak sama kereta yang mahalan dikit, dan bentar-bentar berhenti meski sekarang untuk beberapa stasiun gak berhenti karena yang semestinya kita turun di Stasiun Bengawan harus berhenti di Stasiun Klaten. Dari sini kita dijemput Om-nya temen gue dan segeralah kita meluncur ke Solodiren, Klaten untuk bermalam sejenak.
Selasa ::
Dan pagi pun menjelang, sebenarnya kami berkeinginan agar hari ini dapat langsung cuss ke Dieng yang memakan waktu sekitar 4 jam dari Klaten, namun karena satu hal dan lainnya maka diurungkan dan diundur sampai keesokannya hari ini. Jadwal pun ikut berubah, tujuan pada hari ini ditetapkan Malioboro (astaga mikir juga belom apa-apa udah belanje ajee, wekekek) tapi tak apalah dan akhirnya kita meluncur ke Malioboro, numpang mobil sodaranya temen gue yang sepertinya juga lagi ada urusan keluar, lumayan ...
Nah disinilah mulai lagi terjadi hal dadakan (emang dasar cewek) pas ngelewatin Candi Prambanan dan kebetulan temen gue inget punya sodara dimari, akhirnya cobalah dihubungin dan taraaaa~~ kita masuk ke candi Prambanan gretoongan meski lewat pintu belakang, wekekekk..
Sementara om yang nganterin naik mobil kami pergi berganti dengan om yang memandu kami menuju Candi Prambanan yang terletak tepat ditengah-tengah, suasana yang panas "ngeleket" gitu kalo kata temen gue mengiringi perjalanan dan jeprat jepret kami ditengah mendungnya Prambanan..
Gak usah serius gitu kali ngeliatin foto gue yang kiyut abis (padahal gak keliatan mukanya), wekekek, tau gak yang gue kotakkin tuh apan, itu adalah ulah biadab tangan-tangan jail yang gak ngerti kehidupan, huft~ So, buat elo-elo yang lagi berpergian gak usah ninggalin jejak yang menyakitkan gini yak, toh foto-foto yang biasanya elo ambil juga udah sama aja ngebuat jejak ^^
Sebenernya masih ada banyak foto lagi, tapi ya iyakali gue share semua, ntar yang ada pada keblenger semua kayak kancut gue *eh #salahfokus #itukomunitas
Oke waktu tengah menunjukkan 14.00 kami pun segera cabut dari Candi Prambanan, dan ngelayap ke Malioboro yang kira-kira setengah jam bila naik Trans Jogja dan memang kita naik itu..
tapii sebelumnya icaa keless makan duyu, kita pun memutuskan untuk makan di deket halte Trans Jogja yang berdekatan juga dengan pasar, halte itu letaknya tepat diseberang Candi Prambanan dan sesungguhnya lewat pintu mana dulu elo keluar, kalo lewat pintu resmi jelas loe kudu jalan dulu kedepan tapi berhubung sodara temen gue gawe disitu jadilah kita lewat pintu depan yang khusus pegawai.
Kita memang mengincar Bakso dan setelah lama keliling kita pun menemukannya yeay!
Bakso : Rp. 3,000
Mie Ayam : Rp. 5,000
Es Teh : Rp. 2,000
Air Mineral : Rp. 3,000
itulah daftar harga makanannya sehingga tanpa tedeng aling aling beberapa pesen bakso dan sisanya mie ayam, penasaran juga bagaimana bentuk tuh bakso 3rebuan (yang ternyata macem bakso cilok) dan mie ayam 5rebuan (yang ternyata mie perapatan dengan tulang-tulang ayam bertebaran) ~mafhum deh namanya juga dibawah standar~ tapi buat tehnya mantep deh jenk!
Selesai makan kami pun langsung berangkat menuju malioboro dengan naik Trans Jogja yang seperti gue bilang Rp. 3,000 dan sepii senyaaappp dan gak maceett dan dingiiinn dan kapasitasnya memang sedikit.
Tapi ya tetep aja meski ini udah keberapa kalinya gue naek Trans Jogja, gue tetep takjub ngeliat betapa lancarnya perjalanan ini dan nyamannya, yalalalala~
Kami turun di Malioboro 2 karena berniat untuk langsung ke pasar Metro Beringharjo sambil memanjakan mata dengan kerajinan pinggiran. Disini pun kami cuman sebentar selain waktu yang terus bergerak maju mengingat besok juga kami akan berangkat pukul 06.00.
"Malam-malam dingin Malam-malam indahnya kota Klaten, bertabur permata lampu dengan ramah mereka tersenyum dan mengayunkan lambaian.. Sugeng Tindak.."
Rabu ::
Akhirnya tiba juga hari ini, pukul 04.00 kami semua telah terbangun dari lelap kami dan bersiap-siap untuk menuju destinasi utama kami Dieng !! :D
Sebelum ke Malioboro kami berdelapan telah mengumpulkan uang Rp. 300,000. untuk kehidupan kami di Dieng selama 2 hari 1 malam, (doakan kami Bunda, semoga anakmu ini dapat menghadapi kerasnya Dieng dengan Rp. 300,000 sajaa..)
Sebelumnya inilah estimasi perhitungan kami selama menjalani kehidupan disana :
Kami sepakat menyewa Mobil dari Klaten dengan Om sodara temen gue (Lik Dwi namanya -gue lupa deh ini sodara dari bagian belah mana-)
Perjalanan agak ngaret karena Lik Dwi baru mengeluarkan mobil dari rental pukul 06.00 jadi kami berangkat dari Klaten pukul 07.06. Perjalanan yang dilalui juga bukan maen-maen sadaaap benerr..
dengan jalan berluki luki (temennya liku-liku) pepohonan yang mengawal dan udara yang wew. Lepas dari Magelang saja rasanya sudah seperti terdampar didunia lain (bener-bener dunia lain karena gue tidur sepanjang perjalanan, XD maap yak jadi gak bisa cerita dengan detail tentang bagaimana perjalanan yang naik turun kelok kelok sampe puas banget ngeliat jurang dimane-mane)
Pukul 11.00 tepat kami sudah sampai di Penginapan, disini kami gak cukup pusing mencari penginapan, karena menurut survei di eyang Google Penginapan ini udah termasuk dalam list paling menjanjikan dan paling direkomendasikan.
namanya adalah Penginapan Bu Djono yang terletak di persimpangan Wonosobo-Dieng dan yang menjaga adalah seorang lelaki, agak ambigu juga awalnya manee yang namanye bu Djono (yang belakangan diketahui si ibu adalah neneknya yang sekarang jaga penginapan) Kami cukup beruntung karena tanpa reservasi kami mendapatkan kamar yang (untungnya) hari itu ada yang check out (Check Out di homestay ini adalah pukul 12.00, jadi kalo mau nginep dimari jangan lupa yaak)
disini ada 2 type kamar, kamar dengan kamar mandi dalam atau kamar mandi luar, dua-duanya terlengkapi oleh air panas. Yang membedakan pun terpampang sangat nyata dengan luas kamar.
Kamar dengan kamar mandi luar yang satu tempat tidurnya dapat ditiduri 2 orang seharga Rp. 75,000
Kamar dengan kamar mandi dalam yang satu tempat tidurnya dapat ditiduri 4 orang (2 berbadan gendut 2 berbadan sedang) seharga Rp. 125,000
Extra Bed Rp. 50,000
nah menurut estimasi yang telah disusun kita nyewa kamar mandi luar dengan extra bed, tapi pemilik Homestay dengan bermurah dan berbaik hati menawarkan kamar dengan kamar mandi dalam dan extra bed untuk berdelapan orang, wuaaahh Pak Kelik anda baeeee sekaliii (Pak Kelik ini nama yang jaga penginapan Bu Djono) -sebenernya sih belakangan gue baru tau cuman ada sisa kamar itu, mungkin daripada kamar kosong mending dia relain kita nginep disitu ber-8, wekekek-
Begitu sampai yang terpikirkan adalah ayookk makan!! berhubung cuacanya dingin mendung kami pun memutuskan untuk kembali berburu yang berkuah, jadilah kami makan Bakso (lagi) didepan Homestay Bu Djono yang emang gak nyedian bakso.
Bakso Rp. 7,000
Teh Anget Rp. 1,000
dan lucunya disini (yang padahal udah gue itung ngabisin Rp. 69,000 tapi malah dipotong dan jadinya hanya Rp. 60,000)
Kenyang sudah, kini saatnya kami jalan-jalaaaann.. sebelumnya gue balik lagi ke homestay untuk minta peta yang dijanjikan sebelumnya oleh pak Kelik, yang menurut gue peta ini gak banyak membantu karena disamping gak ada skala belokannya pun gak akurat, mending sih ada KM yang cukup membantu.
selain berpanduan sama peta yang dikasih Pak Kelik gue juga dipandu sama peta yang gue dapet dari googling
Di Dieng ini terdapat pembagian untuk tempat wisatanya. Dieng 1 yang terdiri dari Jolotundo Wellspring, Candradimuka Crater, Merdada Lake, Museum dan Sileri Crater (intinya kalo di peta itu adalah bagian atas) dan Dieng 2 yang terdiri dari Sikunir Sunrise, Cebong Lake, Sikarim Waterfall, Dieng Theater Plateau, Bima Temple, Crater Sikidang, Pengilon Lake & Warna Lake, dan Gatotkaca Temple (kalo di peta ini letaknya dibawah).
Perjalanan ini dimulai ke Jolotundo Wellspring berbekal "pengennya jelajah Dieng 1 semuanya" dan "penasaran" karena belum sempat kami googling tentang apa yang ada di sini, kalo di tipi-tipi sih kayaknya menarik aja..
dan pas dateng dengan harga tiket Rp. 40,000 kami pun menghadang sumur alami.. menurut gue pribadi ini salah satu keajaiban alam, sumurnya indah tapi gak begitu menurut temen-temen gue yang lebih suka melihat secara keseluruhan.. mau tau kenapa, sebentar gue jelasin, jadi kami duduk menikmati sebentar merasakan indahnya cuaca (yang beberapa menit kemudian tiba-tiba mendung dan hujan) namun sebelumnya kami sempet dong putu-putu duluu..
Harga Rp. 40,000 memang sebenarnya cukup sebanding dengan pemandangannya tapi tidak sebanding dengan fasilitas yang tersedia. Terlihat dari 3 foto yang ada, kebanyakan cat ditembok mengelupas, lantai yang seakan tak terjamah dengan kebersihan dan ketika ingin memandang seluas apa sumur itu yang didapat hanya alang-alang. Mungkin inilah dasar kuat dari temen-temen ane yang sama sekali gak menyukai tempat ini. Lebih-lebih ketidakteraturan itu mengakibatkan tempat ini terlihat muram dan suram jadi seram.
Hujan mengguyur cukup lama, kami pun memutuskan untuk berteduh sebentar di kamar mandi dekat situ namun sama sekali gak bisa terpakai karena digembok, ya eellaaahh...
begitu hujan merintik kami pun melanjutkan perjalanan ke kawah candradimuka~~
Sepanjang perjalanan hujan bukannya mereda malah makin deres yang ngebuat kami sangsi akan melanjutkan atau tidak tapii ya sebenernya kepalang basah juga karena kami sudah berada ditengah perjalanan.
Lagi-lagi uang masuk sini lumayan Rp. 20,000 hasil dari tawar menawar (baru kali ini gue nawar tempat wisata yaa semoga aja gak dikutuk wehehehe)
Belerang = Bau Kentut.. tapi bukan berarti kalian seenak udel kentat kentut disini yee..
sebetulnya disini akan ada guide dadakan yang siap ngebantu kita turun, tapi berhubung gue punya 2 temen parno-an, jadi mereka gak ngebiarin gue turun ke bawah. Mereka berdua ini punya keyakinan kuat sama tempat baru, hati-hati, jaga ucapan, jangan macem-macem, kalo untuk hati-hati dan jaga ucapan bisalah gue mengerti tapi kadang gue gak ngerti sama yang namanya tempat baru dan macem-macem yang mereka maksud -__________-"
memang disamping itu semua, hujan juga masih sedia mengguyur kami.
Alhasil setelah gue ngecoba untuk turun beberapa anak tangga gue langsung naek keatas karena tiba-tiba rintik berubah jadi hujan, waahh gawat deh ini aaahh..
Padahal dibawah sana ada saung dan air yang boleh dipakai buat cuci muka, katanya sih bagus buat kesehatan tapi apa daya tubuh tak sampai. Kami pun mengakhiri perjalanan ini karena derasnya hujan yang menerpa tubuh ini sudah tak tertahankan lagi *apasih.
Begitu sampai di penginapan kami langsung naik ke kamar dan merapikan apa yang telah kami bawa, lumayan dikamar mandi dalam ini sangat lapang, ada lemari dan tipi yang siap menemani. Kamar mandi yang bersih juga akhirnya membuai gue bahwa Homestay ini memang reccomended banget.
Mandi... itulah yang terlintas di otak gue setelah membenahi barang bawaan kami, dan begitulah gue mandi pake air hangat yang bikin gue garuk pala.. ini tuh lucu banget karena kayak gradasi nih air dari dingin-anget-anget-panaaasssss.. dingin-anget-anget-panaaasss...
Setelah mandi dan wangi gue pun tidur ayam sebentar (disertai dengan paduan suara, wekekek) yaa ngilu juga bangun pagi buta, kena angin dingin ditambah hujan wuaah banget deh..
setelah beberapa menit kemudian terbangun dan nampak segar gue memutuskan untuk berjalan-jalan disekitaran homestay Bu Djono, niatan mencari gorengan yang akan ditemani oleh segelas pop ice dingin.. brrbb.. (meski dingin pop ice-nya gak nampol, tapi lumayanlah) Ketertarikan es temen gue dan gue yang nyicip emang parah, haha.. gila juga ditengah dinginnya cuaca gue sama temen gue malah nyari es..
Setelahnya kami kembali ke homestay dan gue kembali tidur sampai lapar akhirnya menghampiri (nah kan gue bilang kita tuh emang bukan backpacker yang biasanya akan langsung nyabet semua destinasi wisata, wekekek.. kami cenderung membiarkan waktu menikmati apa yang ada, meski pada akhirnya merelakan beberapa tempat tidak terjamah mata)
Makan~~ Makan~~ di Homestay ini kami juga ketemu bule-bule asal Prancis, yang gak terlalu fasih berbahasa Inggris (gue pikir semua bule itu jago Inggris ternyata enggak tuh XD)
disini makanannya harganya standar
Nasi Goreng Telur Rp. 8,000
Es Teh Rp. 2,500
Teh Manis Anget Rp. 2,000
Selesai makan kami langsung cabut keluar berkeliling malam di Dieng, rencannya sih kami pergi ke Candi Arjuna tapi dari ber-8 yang merencanakan dan melihat jalanan yang duh gelap jadinya tersisa 3 orang, gue dan 2 teman lainnya.
Begitu ketempat tujuan karena gelap dan sepi + buta ini jalan kemana lagi, kami memutuskan untuk berjalan-jalan sekitaran situ dan setengah jam kemudian berjalan pulang ke Homestay.
Kami menemukan angkringan yang sepertinya cukup langka karena gak bisa menemukan sejauh mata memandang, Oh ya, Alfa-nya gak dingin loh, kayaknya doi make penghangat, wekekek..
Setapak dua tapak menuju Homestay gue dan 2 temen gue memutuskan untuk mampir sebentar ke warung sebelah untuk mencicipi Purwaceng, minuman khas Dieng (yang gue baru tau belakangan bahwa ini adalah ginseng Dieng yang biasanya dicampur sama teh atau susu dan harganya yang wew nyampe Rp. 100,000 harga ginsengnya. Berguna untuk menolak masuk angin dan menambah vitalitas -Wow-)
Purwaceng Rp. 10,000.
Setelah menikmati Purwaceng 1 untuk bertiga *mental anak kos* kami pun kembali ke Homestay dan bercakap-cakap sebentar sama Pak Kelik. Doi bilang kita datang salah bulan, bulan yang paling pas untuk ke Dieng adalah Juni, Juli sampai Agustus dimana malam Dieng akan benar-benar Dieng (nah gue gak tau deh ini maksudnya apaan) dan biasanya juga pengunjung akan kebanyakan Desember dimana mereka akan menyalakan kembang api di puncak Bukit Sikunir saat tahun baru, wew~~ membayangkannya indah banget.
21.00 kami pun terlelap dalam tidur menanti hari panjang esok.
Kamis ::
03.00 bangguunn bangguuunn.. Tanpa alarm kami pun terbangun, beberapa dari kami sudah terbangun dan sedang catokan, hahaha.. wah ini dia yang gue kagumin dari dia, rela bercatokan meski harus bangun lebih dulu. mantab kau gals!
sejam kami habiskan untuk berbenah, cuci muka, gosok gigi, bahkan ada yang dandan. Mafhum untuk menantang indahnya mentari kan kami juga kudu tampil ciamik.. XD
04.00 Kami dan Pak Kelik menyusuri jalan Dieng untuk sampai ke puncak Bukit Sikunir. Sebenarnya didaerah ini ada lagi Gunung Perahu dimana pemandangan yang kami dapatkan akan lebih memukau dan luas tapi sebentar dulu deh pak, yang Sikunir dulu ajee, udah syukur kalo kita bisa nyampe atas deh pak..
Perjalanan dari Homestay ke Sikunir cukup lama (dan setelah pulang gue baru tau jalanannya menusuk mata, sempit abis, parah abis, serem abis). Ohya jelas yaa kalo mau naik bukit apalagi bila itu pengalaman sekali maka kita perlu Guide, dan kebetulan gue nawar ke Pak Kelik untuk menjadi Guide kami, penawaran pertama yang doi tawarin ke kami adalah Rp. 100,000 tapi untunglah setelah Nego ala emak-emak pasar keluar kami bisa mendapatkan harga Rp. 75,000 untuk berdelapan. :)) Thanks Pak Kelik.
05.00 Puncak Bukit Sikunir Rp. 4,000
kami sampai di Sikunir dan langsung memutuskan untuk menanjak, disana juga sudah ramai oleh mereka yang mau mendaki. Yosh! Ayo Semangat!
Buat pendaki amatir macem kita, jalanan yang dilalui ini lumayan terjal, dengan tanah yang menutupi batu, dan seringnya bermodal cahaya rembulan kami melaju dengan semangat (semangat berhenti sebentar sebentar). Dan akhirnya benar perjalanan ini hanya menyisakan 5 orang dari 8 orang yang ikut dan bersyukur banget 5 orang tersebut termasuk gue.. yeay, meski dengan muka sepucat mayat *karena belum makan* nafas ngos-ngosan *karena keberatan perut* dan kepala yang puyeng *karena dihadapin ketinggian* bersyukurlah akhirnya gue bisa berdiri tegak dan foto-foto, hohoho..
Perjalanan melelahkan yang menghasilkan ketakjuban pada alam ini sekaligus ketagihan mau lagi mau lagi mengingatkan gue sama para pendaki atau backpacker diluar sana yang mungkin ketika pertama kali menanjak gunung merasakan candu yang luar biasa (dalam kasus gue sih bukit bukan gunung, wekekek). Naiknya kami ke Puncak Bukit Sikunir seperti pertanda puncak liburan kami dipenghujung tahun ini, dan sebenarnya merupakan kepuasan bagi kami sendiri meski kata Pak Kelik pemandangan ini akan bagus difoto namun sunrise tidak terlalu indah. Yaa biar gimanapun juga Pak, kami berterima kasih atas pendampingan bapak sama kepala 8 cewek semua lagi, wekekek..
Setelah lama berfoto-foto kami turun pukul 07.00 dan foto-foto sebentar di telaga cebong
Okeeyy dan akhirnya disinilah kami di Homestay mengantar Pak Kelik sekaligus packing untuk check out biar gak ribet, salah-salah juga asik main diluar malah ntar kena chas..
Akhirnya selesai merapikan diri dan barang bawaan kami pun bergegas menuju Telaga Warna, yang menurut referensi dari beberapa Backpacker cukup indah.
10.30 Telaga Warna Rp. 2,000
Seperti yang sudah-sudah pula disini kami disambut dengan hujan besar untungnya tanpa angin, alhasil kami berteduh di musholla dan menunggu hujan hilang
Paling gedek sama Penunjuk arah Telaga Pengilon ini, kenapa juga nih plang kecil bener, jadi kan gak keliatan alhasil gue dan temen gue (dari ber-8 jadi tinggal ber-2 yang ngejelajah nih hutan) karena udara udara mulai naik jadi dingin syeekalii dan mereka memilih untuk berteduh langsung di mobil
Dan lagi-lagi gue menemukan jejak tak berprikemanusiaan, -_____-"
astaga ada apa sih orang-orang ini, apa dengan nulis lope-lopean begitu cinta mereka akan abadi, edelweiss aja yang disebut bunga keabadian matee kena aer.. ckck..
Pukul 12.00 gue dan temen gue di-sms sama yang lain buat turun pulaaang pulaaang *berasa emak gue ajee yang nyariin anaknya* tapi berhubung karena gue udah selese menyusuri nih hutan kecuali telaga Pengilonnya tak apalah disimpan, siapa tau gue bakal kesini buat prewedd *ehem*.
Ketika gue turun gue ngedapetin mereka udah belanja oleh-oleh salah satunya adalah Carica oleh-oleh khas Dieng, gue ya jelas ikutan beli tapi cuman 3 karena kalo beli banyak juga gak ada yang makan XD
Carica ini Sedus isi 6 Rp. 25,000
temen gue juga ada yang beli cabe Dieng, yang gendut gendut macem gue dan baunya menyengat banget, gue rasa pedes bener nih cabe dan edelweiss..
Begitu gue masuk mobil brrrzzzz hujan kembali menghadang, karena gak mungkin ke kawah sikidang dengan cuaca begini kami pun merelakan dan akhirnya beranjak pulang dengan sebelumnya berjanji akan mencari mie ongklok di Wonosobo karena selain terkenal lebih enak juga lebih murah.
ohyaa jangan lupa bayar parkir Rp. 5,000. -mahalan parkirnya yak ketimbang tempat wisatanya-
Kami menemukan warung mie Ongklok (Rp. 5,000) yang katanya harus disertai dengan sate ayam (Rp. 18,000) dan es teh (Rp. 2,000). sipp jadilah kami langsung makan dan menghabiskan karena baru sadar dari pagi kami belum makan apapun.. hebatnyaa mental anak kos ini -_______-"
Setelah makan kami pun langsung bergegas pulang ke Klaten. Klateen Kamii Dataaang.. Liburaan dadahh *kecupbasah
Jumat ::
Yaaah pulang, agak syedih juga sih harus meninggalkan liburan, apalagi sehabis ini kami siap dihadang sama UTS. apa bisa move on yaakk... :P
tapi yang jelas liburan kali ini meninggalkan kesan dan pesan.
Sebelum kami pulang kami sempatkan dulu mampir ke pasar yang tidak jauh dari SoloDiran untuk membeli oleh-oleh Bakpia, ohya temen-temen gue juga banyak yang beli bandeng loohh.. paraah dah nih emak-emak.
selanjutnya kami makan Bakso sebentar lalu segera cuuss berangkat karena kereta yang akan mengantarkan kami tiba pukul 16.00.
Oh iya ini dia Total Pengeluaran Dieng per individu dan juga hidup gue selama di Klaten, wekekekk.. :P
Dan hal pertama yang gue sesalin adalah terhapusnya video-video gila yang gue lakuin, sorry freen bukan maksud menghapus
Dan hal pertama yang bikin gue terpana adalah pernyataan kakak gue "tumben gak ada orbs-nya" yakali gue segila itu diintilin orbs kemane-mane..
Akhir kata, nantikan gue di travelling berikutnya ^^
Supported By :
-Kamera Digital Canon Ixus 22HS
-Iphone 3GS
-Tab Samsung Galaxy
Seperti biasa ritual sebelum UTS adalah kelayapan, dan tempat kelayapan gue kali ini adalah DIENG, agak meleset dari awal destinasi yang ngelirik Bromo, tapi tak apalah mungkin destinasi itu bisa diundur untuk tahun depan.. :D
Seperti biasa pula gue dan keempat temen gue dan ternyata nambah 3 lagi mendasarkan pada semi backpacker (karena mau se-backpacker apapun, kita gak beneran backpacker, wekekek).
Dan ini dia perjalanan gue selama 5 hari 5 malem
Eh kok loe lama banget sih ampe 5 hari 5 malem??Itu semua kita itung beserta dengan perjalanan dan mampir dulu ke Klaten, karena kebetulan rumah sodara sohib gue bertempat tinggal disana.
Untuk perjalanan dari Jakarta-Klaten sendiri kita memilih menaiki kereta yang murah meriah lebih-lebih sekarang ber-AC dan kamar mandinya yang udah elegan dikit.
Tujuannya jelas Solo-Jebres, untuk PP-nya sendiri Rp. 100,000. Tapi kuping punya denger sih mulai per 1 Januari 2014 harga kereta ekonomi udah naik jadi Rp. 95,000 per perjalanan.
Sekarang pun perjalanan bukan malam buta lagi tapi tengah hari bolong kebetulan aja tuh hari rintik rintik nakal jadi kereta yang AC-nya ngabal-ngabal karena berasa gak pake AC padahal gue duduk tepat dibawahnya jadi terobati.
Senin ::
Berangkat 12.30 Sampai 23.15, yaaah namanya juga kereta odong-odong yang selalu diselak sama kereta yang mahalan dikit, dan bentar-bentar berhenti meski sekarang untuk beberapa stasiun gak berhenti karena yang semestinya kita turun di Stasiun Bengawan harus berhenti di Stasiun Klaten. Dari sini kita dijemput Om-nya temen gue dan segeralah kita meluncur ke Solodiren, Klaten untuk bermalam sejenak.
Selasa ::
Dan pagi pun menjelang, sebenarnya kami berkeinginan agar hari ini dapat langsung cuss ke Dieng yang memakan waktu sekitar 4 jam dari Klaten, namun karena satu hal dan lainnya maka diurungkan dan diundur sampai keesokannya hari ini. Jadwal pun ikut berubah, tujuan pada hari ini ditetapkan Malioboro (astaga mikir juga belom apa-apa udah belanje ajee, wekekek) tapi tak apalah dan akhirnya kita meluncur ke Malioboro, numpang mobil sodaranya temen gue yang sepertinya juga lagi ada urusan keluar, lumayan ...
Nah disinilah mulai lagi terjadi hal dadakan (emang dasar cewek) pas ngelewatin Candi Prambanan dan kebetulan temen gue inget punya sodara dimari, akhirnya cobalah dihubungin dan taraaaa~~ kita masuk ke candi Prambanan gretoongan meski lewat pintu belakang, wekekekk..
Sementara om yang nganterin naik mobil kami pergi berganti dengan om yang memandu kami menuju Candi Prambanan yang terletak tepat ditengah-tengah, suasana yang panas "ngeleket" gitu kalo kata temen gue mengiringi perjalanan dan jeprat jepret kami ditengah mendungnya Prambanan..
tapi woles ini topi gue bukan patung sejarah |
"Biar bagaimanapun, meski kadang sejauh mata memandang ini hanya bongkahan-bongkahan batu tua berlumut namun ini tetaplah sejarah, cerita yang akan senantiasa diceritakan pada anak cucu yang akan
dikenang sebagai sejarah yang tak boleh terlupakan dan tetap harus diingat"Sebenernya masih ada banyak foto lagi, tapi ya iyakali gue share semua, ntar yang ada pada keblenger semua kayak kancut gue *eh #salahfokus #itukomunitas
Oke waktu tengah menunjukkan 14.00 kami pun segera cabut dari Candi Prambanan, dan ngelayap ke Malioboro yang kira-kira setengah jam bila naik Trans Jogja dan memang kita naik itu..
tapii sebelumnya icaa keless makan duyu, kita pun memutuskan untuk makan di deket halte Trans Jogja yang berdekatan juga dengan pasar, halte itu letaknya tepat diseberang Candi Prambanan dan sesungguhnya lewat pintu mana dulu elo keluar, kalo lewat pintu resmi jelas loe kudu jalan dulu kedepan tapi berhubung sodara temen gue gawe disitu jadilah kita lewat pintu depan yang khusus pegawai.
Kita memang mengincar Bakso dan setelah lama keliling kita pun menemukannya yeay!
Bakso : Rp. 3,000
Mie Ayam : Rp. 5,000
Es Teh : Rp. 2,000
Air Mineral : Rp. 3,000
itulah daftar harga makanannya sehingga tanpa tedeng aling aling beberapa pesen bakso dan sisanya mie ayam, penasaran juga bagaimana bentuk tuh bakso 3rebuan (yang ternyata macem bakso cilok) dan mie ayam 5rebuan (yang ternyata mie perapatan dengan tulang-tulang ayam bertebaran) ~mafhum deh namanya juga dibawah standar~ tapi buat tehnya mantep deh jenk!
Selesai makan kami pun langsung berangkat menuju malioboro dengan naik Trans Jogja yang seperti gue bilang Rp. 3,000 dan sepii senyaaappp dan gak maceett dan dingiiinn dan kapasitasnya memang sedikit.
Tapi ya tetep aja meski ini udah keberapa kalinya gue naek Trans Jogja, gue tetep takjub ngeliat betapa lancarnya perjalanan ini dan nyamannya, yalalalala~
Kami turun di Malioboro 2 karena berniat untuk langsung ke pasar Metro Beringharjo sambil memanjakan mata dengan kerajinan pinggiran. Disini pun kami cuman sebentar selain waktu yang terus bergerak maju mengingat besok juga kami akan berangkat pukul 06.00.
"Malam-malam dingin Malam-malam indahnya kota Klaten, bertabur permata lampu dengan ramah mereka tersenyum dan mengayunkan lambaian.. Sugeng Tindak.."
Rabu ::
Akhirnya tiba juga hari ini, pukul 04.00 kami semua telah terbangun dari lelap kami dan bersiap-siap untuk menuju destinasi utama kami Dieng !! :D
Sebelum ke Malioboro kami berdelapan telah mengumpulkan uang Rp. 300,000. untuk kehidupan kami di Dieng selama 2 hari 1 malam, (doakan kami Bunda, semoga anakmu ini dapat menghadapi kerasnya Dieng dengan Rp. 300,000 sajaa..)
Sebelumnya inilah estimasi perhitungan kami selama menjalani kehidupan disana :
Kami sepakat menyewa Mobil dari Klaten dengan Om sodara temen gue (Lik Dwi namanya -gue lupa deh ini sodara dari bagian belah mana-)
Perjalanan agak ngaret karena Lik Dwi baru mengeluarkan mobil dari rental pukul 06.00 jadi kami berangkat dari Klaten pukul 07.06. Perjalanan yang dilalui juga bukan maen-maen sadaaap benerr..
dengan jalan berluki luki (temennya liku-liku) pepohonan yang mengawal dan udara yang wew. Lepas dari Magelang saja rasanya sudah seperti terdampar didunia lain (bener-bener dunia lain karena gue tidur sepanjang perjalanan, XD maap yak jadi gak bisa cerita dengan detail tentang bagaimana perjalanan yang naik turun kelok kelok sampe puas banget ngeliat jurang dimane-mane)
Pukul 11.00 tepat kami sudah sampai di Penginapan, disini kami gak cukup pusing mencari penginapan, karena menurut survei di eyang Google Penginapan ini udah termasuk dalam list paling menjanjikan dan paling direkomendasikan.
namanya adalah Penginapan Bu Djono yang terletak di persimpangan Wonosobo-Dieng dan yang menjaga adalah seorang lelaki, agak ambigu juga awalnya manee yang namanye bu Djono (yang belakangan diketahui si ibu adalah neneknya yang sekarang jaga penginapan) Kami cukup beruntung karena tanpa reservasi kami mendapatkan kamar yang (untungnya) hari itu ada yang check out (Check Out di homestay ini adalah pukul 12.00, jadi kalo mau nginep dimari jangan lupa yaak)
PENGINAPAN BU DJONO
KELIK ALAMSYAH ( 085.226.645.669 )
disini ada 2 type kamar, kamar dengan kamar mandi dalam atau kamar mandi luar, dua-duanya terlengkapi oleh air panas. Yang membedakan pun terpampang sangat nyata dengan luas kamar.
Kamar dengan kamar mandi luar yang satu tempat tidurnya dapat ditiduri 2 orang seharga Rp. 75,000
Kamar dengan kamar mandi dalam yang satu tempat tidurnya dapat ditiduri 4 orang (2 berbadan gendut 2 berbadan sedang) seharga Rp. 125,000
Extra Bed Rp. 50,000
nah menurut estimasi yang telah disusun kita nyewa kamar mandi luar dengan extra bed, tapi pemilik Homestay dengan bermurah dan berbaik hati menawarkan kamar dengan kamar mandi dalam dan extra bed untuk berdelapan orang, wuaaahh Pak Kelik anda baeeee sekaliii (Pak Kelik ini nama yang jaga penginapan Bu Djono) -sebenernya sih belakangan gue baru tau cuman ada sisa kamar itu, mungkin daripada kamar kosong mending dia relain kita nginep disitu ber-8, wekekek-
Begitu sampai yang terpikirkan adalah ayookk makan!! berhubung cuacanya dingin mendung kami pun memutuskan untuk kembali berburu yang berkuah, jadilah kami makan Bakso (lagi) didepan Homestay Bu Djono yang emang gak nyedian bakso.
Bakso Rp. 7,000
Teh Anget Rp. 1,000
dan lucunya disini (yang padahal udah gue itung ngabisin Rp. 69,000 tapi malah dipotong dan jadinya hanya Rp. 60,000)
Kenyang sudah, kini saatnya kami jalan-jalaaaann.. sebelumnya gue balik lagi ke homestay untuk minta peta yang dijanjikan sebelumnya oleh pak Kelik, yang menurut gue peta ini gak banyak membantu karena disamping gak ada skala belokannya pun gak akurat, mending sih ada KM yang cukup membantu.
selain berpanduan sama peta yang dikasih Pak Kelik gue juga dipandu sama peta yang gue dapet dari googling
Di Dieng ini terdapat pembagian untuk tempat wisatanya. Dieng 1 yang terdiri dari Jolotundo Wellspring, Candradimuka Crater, Merdada Lake, Museum dan Sileri Crater (intinya kalo di peta itu adalah bagian atas) dan Dieng 2 yang terdiri dari Sikunir Sunrise, Cebong Lake, Sikarim Waterfall, Dieng Theater Plateau, Bima Temple, Crater Sikidang, Pengilon Lake & Warna Lake, dan Gatotkaca Temple (kalo di peta ini letaknya dibawah).
Perjalanan ini dimulai ke Jolotundo Wellspring berbekal "pengennya jelajah Dieng 1 semuanya" dan "penasaran" karena belum sempat kami googling tentang apa yang ada di sini, kalo di tipi-tipi sih kayaknya menarik aja..
dan pas dateng dengan harga tiket Rp. 40,000 kami pun menghadang sumur alami.. menurut gue pribadi ini salah satu keajaiban alam, sumurnya indah tapi gak begitu menurut temen-temen gue yang lebih suka melihat secara keseluruhan.. mau tau kenapa, sebentar gue jelasin, jadi kami duduk menikmati sebentar merasakan indahnya cuaca (yang beberapa menit kemudian tiba-tiba mendung dan hujan) namun sebelumnya kami sempet dong putu-putu duluu..
Harga Rp. 40,000 memang sebenarnya cukup sebanding dengan pemandangannya tapi tidak sebanding dengan fasilitas yang tersedia. Terlihat dari 3 foto yang ada, kebanyakan cat ditembok mengelupas, lantai yang seakan tak terjamah dengan kebersihan dan ketika ingin memandang seluas apa sumur itu yang didapat hanya alang-alang. Mungkin inilah dasar kuat dari temen-temen ane yang sama sekali gak menyukai tempat ini. Lebih-lebih ketidakteraturan itu mengakibatkan tempat ini terlihat muram dan suram jadi seram.
okeh, bye Sumur Jolotundo! :) semoga saat gue kembali menjadi lebih indah |
begitu hujan merintik kami pun melanjutkan perjalanan ke kawah candradimuka~~
Sepanjang perjalanan hujan bukannya mereda malah makin deres yang ngebuat kami sangsi akan melanjutkan atau tidak tapii ya sebenernya kepalang basah juga karena kami sudah berada ditengah perjalanan.
Lagi-lagi uang masuk sini lumayan Rp. 20,000 hasil dari tawar menawar (baru kali ini gue nawar tempat wisata yaa semoga aja gak dikutuk wehehehe)
Belerang = Bau Kentut.. tapi bukan berarti kalian seenak udel kentat kentut disini yee..
sebetulnya disini akan ada guide dadakan yang siap ngebantu kita turun, tapi berhubung gue punya 2 temen parno-an, jadi mereka gak ngebiarin gue turun ke bawah. Mereka berdua ini punya keyakinan kuat sama tempat baru, hati-hati, jaga ucapan, jangan macem-macem, kalo untuk hati-hati dan jaga ucapan bisalah gue mengerti tapi kadang gue gak ngerti sama yang namanya tempat baru dan macem-macem yang mereka maksud -__________-"
memang disamping itu semua, hujan juga masih sedia mengguyur kami.
Alhasil setelah gue ngecoba untuk turun beberapa anak tangga gue langsung naek keatas karena tiba-tiba rintik berubah jadi hujan, waahh gawat deh ini aaahh..
Padahal dibawah sana ada saung dan air yang boleh dipakai buat cuci muka, katanya sih bagus buat kesehatan tapi apa daya tubuh tak sampai. Kami pun mengakhiri perjalanan ini karena derasnya hujan yang menerpa tubuh ini sudah tak tertahankan lagi *apasih.
Begitu sampai di penginapan kami langsung naik ke kamar dan merapikan apa yang telah kami bawa, lumayan dikamar mandi dalam ini sangat lapang, ada lemari dan tipi yang siap menemani. Kamar mandi yang bersih juga akhirnya membuai gue bahwa Homestay ini memang reccomended banget.
Mandi... itulah yang terlintas di otak gue setelah membenahi barang bawaan kami, dan begitulah gue mandi pake air hangat yang bikin gue garuk pala.. ini tuh lucu banget karena kayak gradasi nih air dari dingin-anget-anget-panaaasssss.. dingin-anget-anget-panaaasss...
Setelah mandi dan wangi gue pun tidur ayam sebentar (disertai dengan paduan suara, wekekek) yaa ngilu juga bangun pagi buta, kena angin dingin ditambah hujan wuaah banget deh..
setelah beberapa menit kemudian terbangun dan nampak segar gue memutuskan untuk berjalan-jalan disekitaran homestay Bu Djono, niatan mencari gorengan yang akan ditemani oleh segelas pop ice dingin.. brrbb.. (meski dingin pop ice-nya gak nampol, tapi lumayanlah) Ketertarikan es temen gue dan gue yang nyicip emang parah, haha.. gila juga ditengah dinginnya cuaca gue sama temen gue malah nyari es..
Setelahnya kami kembali ke homestay dan gue kembali tidur sampai lapar akhirnya menghampiri (nah kan gue bilang kita tuh emang bukan backpacker yang biasanya akan langsung nyabet semua destinasi wisata, wekekek.. kami cenderung membiarkan waktu menikmati apa yang ada, meski pada akhirnya merelakan beberapa tempat tidak terjamah mata)
Makan~~ Makan~~ di Homestay ini kami juga ketemu bule-bule asal Prancis, yang gak terlalu fasih berbahasa Inggris (gue pikir semua bule itu jago Inggris ternyata enggak tuh XD)
disini makanannya harganya standar
Nasi Goreng Telur Rp. 8,000
Es Teh Rp. 2,500
Teh Manis Anget Rp. 2,000
Selesai makan kami langsung cabut keluar berkeliling malam di Dieng, rencannya sih kami pergi ke Candi Arjuna tapi dari ber-8 yang merencanakan dan melihat jalanan yang duh gelap jadinya tersisa 3 orang, gue dan 2 teman lainnya.
Begitu ketempat tujuan karena gelap dan sepi + buta ini jalan kemana lagi, kami memutuskan untuk berjalan-jalan sekitaran situ dan setengah jam kemudian berjalan pulang ke Homestay.
Kami menemukan angkringan yang sepertinya cukup langka karena gak bisa menemukan sejauh mata memandang, Oh ya, Alfa-nya gak dingin loh, kayaknya doi make penghangat, wekekek..
Setapak dua tapak menuju Homestay gue dan 2 temen gue memutuskan untuk mampir sebentar ke warung sebelah untuk mencicipi Purwaceng, minuman khas Dieng (yang gue baru tau belakangan bahwa ini adalah ginseng Dieng yang biasanya dicampur sama teh atau susu dan harganya yang wew nyampe Rp. 100,000 harga ginsengnya. Berguna untuk menolak masuk angin dan menambah vitalitas -Wow-)
Purwaceng Rp. 10,000.
Setelah menikmati Purwaceng 1 untuk bertiga *mental anak kos* kami pun kembali ke Homestay dan bercakap-cakap sebentar sama Pak Kelik. Doi bilang kita datang salah bulan, bulan yang paling pas untuk ke Dieng adalah Juni, Juli sampai Agustus dimana malam Dieng akan benar-benar Dieng (nah gue gak tau deh ini maksudnya apaan) dan biasanya juga pengunjung akan kebanyakan Desember dimana mereka akan menyalakan kembang api di puncak Bukit Sikunir saat tahun baru, wew~~ membayangkannya indah banget.
21.00 kami pun terlelap dalam tidur menanti hari panjang esok.
Kamis ::
03.00 bangguunn bangguuunn.. Tanpa alarm kami pun terbangun, beberapa dari kami sudah terbangun dan sedang catokan, hahaha.. wah ini dia yang gue kagumin dari dia, rela bercatokan meski harus bangun lebih dulu. mantab kau gals!
sejam kami habiskan untuk berbenah, cuci muka, gosok gigi, bahkan ada yang dandan. Mafhum untuk menantang indahnya mentari kan kami juga kudu tampil ciamik.. XD
04.00 Kami dan Pak Kelik menyusuri jalan Dieng untuk sampai ke puncak Bukit Sikunir. Sebenarnya didaerah ini ada lagi Gunung Perahu dimana pemandangan yang kami dapatkan akan lebih memukau dan luas tapi sebentar dulu deh pak, yang Sikunir dulu ajee, udah syukur kalo kita bisa nyampe atas deh pak..
Perjalanan dari Homestay ke Sikunir cukup lama (dan setelah pulang gue baru tau jalanannya menusuk mata, sempit abis, parah abis, serem abis). Ohya jelas yaa kalo mau naik bukit apalagi bila itu pengalaman sekali maka kita perlu Guide, dan kebetulan gue nawar ke Pak Kelik untuk menjadi Guide kami, penawaran pertama yang doi tawarin ke kami adalah Rp. 100,000 tapi untunglah setelah Nego ala emak-emak pasar keluar kami bisa mendapatkan harga Rp. 75,000 untuk berdelapan. :)) Thanks Pak Kelik.
05.00 Puncak Bukit Sikunir Rp. 4,000
kami sampai di Sikunir dan langsung memutuskan untuk menanjak, disana juga sudah ramai oleh mereka yang mau mendaki. Yosh! Ayo Semangat!
Buat pendaki amatir macem kita, jalanan yang dilalui ini lumayan terjal, dengan tanah yang menutupi batu, dan seringnya bermodal cahaya rembulan kami melaju dengan semangat (semangat berhenti sebentar sebentar). Dan akhirnya benar perjalanan ini hanya menyisakan 5 orang dari 8 orang yang ikut dan bersyukur banget 5 orang tersebut termasuk gue.. yeay, meski dengan muka sepucat mayat *karena belum makan* nafas ngos-ngosan *karena keberatan perut* dan kepala yang puyeng *karena dihadapin ketinggian* bersyukurlah akhirnya gue bisa berdiri tegak dan foto-foto, hohoho..
Nah itu dia ditengah, cowok athu2nya adalah Pak Kelik, kita manggil dia Si Bapak Baik. |
Setelah lama berfoto-foto kami turun pukul 07.00 dan foto-foto sebentar di telaga cebong
Dan inilah pemandangan yang berhasil gue tangkep ketika kami memutuskan untuk ke Homestay sekalian check out dan mengantar Pak Kelik.
Okeeyy dan akhirnya disinilah kami di Homestay mengantar Pak Kelik sekaligus packing untuk check out biar gak ribet, salah-salah juga asik main diluar malah ntar kena chas..
Akhirnya selesai merapikan diri dan barang bawaan kami pun bergegas menuju Telaga Warna, yang menurut referensi dari beberapa Backpacker cukup indah.
10.30 Telaga Warna Rp. 2,000
Seperti yang sudah-sudah pula disini kami disambut dengan hujan besar untungnya tanpa angin, alhasil kami berteduh di musholla dan menunggu hujan hilang
Hujan Hujan Hilanglaaah Cepat Cepat~ |
Jelas banget yaa kenapa nih telaga dinamain telaga warna, itu karena telaga ini berwarna bukan itu aja dia memancarkan 3 warna, dan warna yang baru gue liat cuman biru muda sekali dan biru tua.. dan yang masih gue bingungin adalah kenapa tuh sumur htm-nya lebih mahal ketimbang nih telaga?? padahal nih telaga lebih terawat dan resik..
sapa tau dapet jodoh *ehem* |
Paling gedek sama Penunjuk arah Telaga Pengilon ini, kenapa juga nih plang kecil bener, jadi kan gak keliatan alhasil gue dan temen gue (dari ber-8 jadi tinggal ber-2 yang ngejelajah nih hutan) karena udara udara mulai naik jadi dingin syeekalii dan mereka memilih untuk berteduh langsung di mobil
Dan lagi-lagi gue menemukan jejak tak berprikemanusiaan, -_____-"
astaga ada apa sih orang-orang ini, apa dengan nulis lope-lopean begitu cinta mereka akan abadi, edelweiss aja yang disebut bunga keabadian matee kena aer.. ckck..
Ketika gue turun gue ngedapetin mereka udah belanja oleh-oleh salah satunya adalah Carica oleh-oleh khas Dieng, gue ya jelas ikutan beli tapi cuman 3 karena kalo beli banyak juga gak ada yang makan XD
Carica ini Sedus isi 6 Rp. 25,000
temen gue juga ada yang beli cabe Dieng, yang gendut gendut macem gue dan baunya menyengat banget, gue rasa pedes bener nih cabe dan edelweiss..
Begitu gue masuk mobil brrrzzzz hujan kembali menghadang, karena gak mungkin ke kawah sikidang dengan cuaca begini kami pun merelakan dan akhirnya beranjak pulang dengan sebelumnya berjanji akan mencari mie ongklok di Wonosobo karena selain terkenal lebih enak juga lebih murah.
ohyaa jangan lupa bayar parkir Rp. 5,000. -mahalan parkirnya yak ketimbang tempat wisatanya-
Kami menemukan warung mie Ongklok (Rp. 5,000) yang katanya harus disertai dengan sate ayam (Rp. 18,000) dan es teh (Rp. 2,000). sipp jadilah kami langsung makan dan menghabiskan karena baru sadar dari pagi kami belum makan apapun.. hebatnyaa mental anak kos ini -_______-"
Setelah makan kami pun langsung bergegas pulang ke Klaten. Klateen Kamii Dataaang.. Liburaan dadahh *kecupbasah
Jumat ::
Yaaah pulang, agak syedih juga sih harus meninggalkan liburan, apalagi sehabis ini kami siap dihadang sama UTS. apa bisa move on yaakk... :P
tapi yang jelas liburan kali ini meninggalkan kesan dan pesan.
Sebelum kami pulang kami sempatkan dulu mampir ke pasar yang tidak jauh dari SoloDiran untuk membeli oleh-oleh Bakpia, ohya temen-temen gue juga banyak yang beli bandeng loohh.. paraah dah nih emak-emak.
selanjutnya kami makan Bakso sebentar lalu segera cuuss berangkat karena kereta yang akan mengantarkan kami tiba pukul 16.00.
juk ijak ijuk ijak ijuukk kereta berlalu juk ijak ijuk ijaaak ijuukk hatiku gembiraaa :D |
Dan hal pertama yang gue sesalin adalah terhapusnya video-video gila yang gue lakuin, sorry freen bukan maksud menghapus
Dan hal pertama yang bikin gue terpana adalah pernyataan kakak gue "tumben gak ada orbs-nya" yakali gue segila itu diintilin orbs kemane-mane..
Supported By :
-Kamera Digital Canon Ixus 22HS
-Iphone 3GS
-Tab Samsung Galaxy
Beuuuh...bikin ngiler jalan-jalannya :D
ReplyDeleteweheheh.. kalo gitu ditunggu artikel jalan2nya :P
DeleteWuih, seru banget pasti ya bisa kekelayapan dulu sebelum UTS. Bia otak jernih pas ngerjain soalnya. Btw gue belum pernah ke candi prambanan, kayaknya seru ya, harus kesana nih. :D
ReplyDeletewekekek, sbenernya seringnya kebalikannya, gak bisa move on dari liburan, haha..
Deletedenger2 candi Prambanan akan membangun candi lagi (sisa2 dari gempa terakhir disusul penemuan2 bongkahan batu baru lagi) :D
Kalau tahu gitu coba mampir ke rumah saya di Klaten, tapi saya sekarang di Jakarta sih, hahahaa
ReplyDeletewalah mas wong Klaten toh XD di Jakarta cumn persinggahan kan~~ :P
Delete