Waduuuchhh…!!!!
Apa-apaan tuuh???
Tentunya suatu hal yang diskriminatif banget. Tapi itulah wacana yang kini sedang marak dikalangan komisi DPR VII Jambi. Seseorang baru saja mencetuskan suatu wacana yang langsung menggeparkan dan menghebohkan lalu menggempabumikan pendapat-pendapat (jia ilah lebay mode-on).
Banyak kalangan yang nge-pro dan nge-kontra atas hasil wacana ini, nge-pro karena turut prihatin atas carut marutnya moral warga berbudi welas asih ini dan nge-kontra karena ini sama saja merendahkan harga diri cewek. “kita merasa dipojokin, kalo mau yang cowok juga tes keperjakaan dong. Kan nge-seks gak cuman dilakuin satu orang”, itulah pendapat salah satu dari PPI kita, seorang dokter cewek pun turut sumbangsih pendapat dengan menyatakan selaput dara bukan ukuran moral dan bisa saja rusak tanpa berhubungan seks karena sifatnya yang elastis.
Memang pernyataan ini tak urungnya mendapat tajukan positif karena ini membuat sang anak menjadi lebih was was terhadap dirinya dan tak mudah menyerahkan dirinya, namun tak dapat dipungkiri pula bahwa dalam undang-undang kita setiap warga Negara berhak memperoleh pendidikan.
Moral generasi dengan pergaulan yang menglobal menjadi pemicu atas ide ini, karena menurut statistic 62 persen murid smp udah gak perawan lagi. Namun gak seharusnya pula keterbatasan ini menjadi sebuah hambatan bagi sang muda untuk terus belajar. Karena itulah pencetusan akan solusi ini adalah dengan tetap menjalankan tes keperawanan lalu kemudian diarahkan dan diberikan konsultasi dalam sekolah itu.
Karena bila ini benar-benar dilakukan tanpa adanya dispensasi maka cobaan pada masyrakat dampaknya akan lebih tragis.
Shock therapy sejak dini pun harus diberikan agar sang anak dapat melindungi hartanya sendiri. Karena apapun yang terjadi pada si anak, dia lah yang tau betul.
Lagipula tindakan mesum yang akhir-akhir ini banyak terjadi bukan hanya karena keterangan yang kurang dan sebagainya namun dilihat dari psikologis dan tingkat seksualitas dari orang tersebut. Dan inilah sebetulnya yang harus dikembangkan pula. Sekolah yang bukan hanya sebagai dasar suatu sistem untuk memperolah pendidikan tapi juga sekolah yang menjadi arahan dan bimbingan untuk seks khususnya.
Dan perlu ditekankan lagi nii,
Tuhan nyiptain segala sesuatunya ada waktunya kok,
Jadi, gak usah buru-buru nge.seks deh,
Karena Tuhan udah punya waktunya.
Surga dan Neraka ada ditangan kalian
^..aiiu..^
Apa-apaan tuuh???
Tentunya suatu hal yang diskriminatif banget. Tapi itulah wacana yang kini sedang marak dikalangan komisi DPR VII Jambi. Seseorang baru saja mencetuskan suatu wacana yang langsung menggeparkan dan menghebohkan lalu menggempabumikan pendapat-pendapat (jia ilah lebay mode-on).
Banyak kalangan yang nge-pro dan nge-kontra atas hasil wacana ini, nge-pro karena turut prihatin atas carut marutnya moral warga berbudi welas asih ini dan nge-kontra karena ini sama saja merendahkan harga diri cewek. “kita merasa dipojokin, kalo mau yang cowok juga tes keperjakaan dong. Kan nge-seks gak cuman dilakuin satu orang”, itulah pendapat salah satu dari PPI kita, seorang dokter cewek pun turut sumbangsih pendapat dengan menyatakan selaput dara bukan ukuran moral dan bisa saja rusak tanpa berhubungan seks karena sifatnya yang elastis.
Memang pernyataan ini tak urungnya mendapat tajukan positif karena ini membuat sang anak menjadi lebih was was terhadap dirinya dan tak mudah menyerahkan dirinya, namun tak dapat dipungkiri pula bahwa dalam undang-undang kita setiap warga Negara berhak memperoleh pendidikan.
Moral generasi dengan pergaulan yang menglobal menjadi pemicu atas ide ini, karena menurut statistic 62 persen murid smp udah gak perawan lagi. Namun gak seharusnya pula keterbatasan ini menjadi sebuah hambatan bagi sang muda untuk terus belajar. Karena itulah pencetusan akan solusi ini adalah dengan tetap menjalankan tes keperawanan lalu kemudian diarahkan dan diberikan konsultasi dalam sekolah itu.
Karena bila ini benar-benar dilakukan tanpa adanya dispensasi maka cobaan pada masyrakat dampaknya akan lebih tragis.
Shock therapy sejak dini pun harus diberikan agar sang anak dapat melindungi hartanya sendiri. Karena apapun yang terjadi pada si anak, dia lah yang tau betul.
Lagipula tindakan mesum yang akhir-akhir ini banyak terjadi bukan hanya karena keterangan yang kurang dan sebagainya namun dilihat dari psikologis dan tingkat seksualitas dari orang tersebut. Dan inilah sebetulnya yang harus dikembangkan pula. Sekolah yang bukan hanya sebagai dasar suatu sistem untuk memperolah pendidikan tapi juga sekolah yang menjadi arahan dan bimbingan untuk seks khususnya.
Dan perlu ditekankan lagi nii,
Tuhan nyiptain segala sesuatunya ada waktunya kok,
Jadi, gak usah buru-buru nge.seks deh,
Karena Tuhan udah punya waktunya.
Surga dan Neraka ada ditangan kalian
^..aiiu..^
No comments:
Post a Comment